Perubahan iklim merupakan suatu permasalahan terkini yang selalu mengkhawatirkan penduduk bumi. Bagaimana tidak mengkhawatirkan, dampaknya pun dapat kita rasakan sekarang. Kenaikan suhu bumi, kenaikan air laut, hujan lebat, hingga badai yang mematikan merupakan akibat nyata dari perubahan iklim saat ini dan dapat berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim ini, sejak 2015, dunia internasional telah bersama-sama menyepakati perjanjian penanggulangan permasalahan iklim global, yaitu Paris Agreement on Climate Change, serta melaksanakan Agenda 2030 yang bertujuan untuk melakukan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs). Setelah kesepakatan dunia internasional tersebut, negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, gencar melakukan suatu program bernama net zero emission yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dunia hingga berjumlah nol dan direncanakan akan tercapai pada sekitar tahun 2050.
Di tengah upaya berbagai negara mencapai net zero emission, hadir sebuah solusi yang dapat membatasi kenaikan suhu bumi sekaligus menjaga kelangsungan ekonomi dunia, yaitu investasi hijau. Melansir dari Kehati, secara definisi, investasi hijau atau investasi berkelanjutan adalah investasi yang berfokus pada aspek-aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola baik (environment, social, and governance/ESG) yang tujuannya menjaga kelangsungan perekonomian dan kehidupan di muka bumi. Karena berdampak positif bagi kelangsungan perekonomian pada jangka panjang, saat ini investasi hijau semakin diminati oleh para investor dari seluruh penjuru dunia. Terpilihnya Indonesia menjadi Presidensi G20 2022 pun dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memajukan investasi hijau hingga ke seluruh dunia.
Sebelumnya Apa Itu G20? Bagaimana G20 Bisa Terbentuk?
Mengutip dari situs web Bank Indonesia, G20 atau Group of Twenty merupakan kelompok kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan satu organisasi supranasional, yaitu Uni Eropa. Kelompok negara ini merupakan representasi dari 60 persen populasi dunia, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia. G20 dibentuk atas inisiasi G7 pada tahun 1999 yang pada saat itu sedang terjadi krisis ekonomi global sehingga kehadiran G20 bertujuan untuk menyatukan negara maju dan berkembang dalam mewujudkan stabilitas keuangan internasional.
Pada awalnya, G20 adalah pertemuan antara menteri keuangan dan gubernur bank sentral—termasuk gubernur Bank Indonesia—dari negara-negara anggotanya untuk menghadapi krisis. Kemudian, pada KTT G20 pertama tahun 2008, pertemuan G20 mulai ikut menghadirkan kepala negara. Dalam sistem kerjanya, G20 tidak memiliki sekretariat yang tetap sehingga tuan rumah atau presidensi yang hanya dipegang oleh satu negara akan ditetapkan secara bergantian setiap tahunnya. Kini, tahun 2022, Indonesia berkesempatan untuk memegang presidensi G20 dan mengusung tema yang mengajak seluruh dunia untuk saling mendukung untuk pulih bersama dengan lebih kuat, yaitu “Recover Together, Recover Stronger.”
Bagaimana G20 2022 Dapat Menjadi Momentum Majukan Investasi Hijau?
Terpilihnya Indonesia menjadi presidensi G20 pada tahun 2022 membuat Indonesia menjadi sorotan dunia di tengah perekonomian Indonesia yang mulai pulih kembali dari keterpurukan akibat pandemi. Momentum ini tentu akan memengaruhi pandangan pelaku ekonomi dunia yang dapat mengundang kesempatan berinvestasi terutama investasi berbasis ramah lingkungan.
Melansir dari Kompas, Project Manager Clean, Affordable, and Secure Energy for Southeast Asia (CASE) Indonesia mengatakan bahwa pertemuan G20 Indonesia berpeluang membangun kerja sama, serta mencari dukungan terkait energi bersih dalam bentuk bantuan teknis atau pendanaan. Hal ini karena transisi energi menjadi salah satu agenda prioritas dalam G20 2022. Oleh karena itu, negosiasi mengenai investasi pada sektor energi ramah lingkungan antarnegara G20 sangatlah mungkin untuk dilakukan.
Selain itu, melansir dari Merdeka, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, memastikan investasi hijau jadi salah satu fokus pembahasan pada pertemuan kedua Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20. Dengan begitu, pembahasan tersebut diharapkan dapat menghasilkan pedoman bagi negara-negara di dunia dalam membuat kebijakan investasi nantinya.
Potensi dan Komitmen Indonesia Dalam Investasi Hijau