Lihat ke Halaman Asli

Suka Duka Belajar Bahasa Arab dan Inggris

Diperbarui: 26 Desember 2022   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Suka duka belajar bahasa yang bikin pusing

Bahasa arab adalah bahasa yang menurut saya, aneh dan bisa meningkatkan IQ seseorang. Rumitnya pelajaran ini selalu membuat saya pusing ketika guru mengajar di kelas.  Saya telah diajarkan mata pelajaran ini sejak kelas tiga madrasah ibtidaiyah. Karena ini adalah sekolah Islam, ada kursus bahasa Arab. Berbeda dengan bahasa daerah negara kita yaitu bahasa sunda dan bahasa jawa.

Mulailah dengan pengucapan yang membuat lidah dan bibir saya lembut dan elastis. Jika sebuah huruf diucapkan dengan benar, Belum tentu mengerti arti kata tersebut. Tidak semudah ilmu eksakta matematika dan biologi.

Kemudian, setelah pindah ke kelas yang lebih tinggi, kelas lima MI, guru mulai mengajarkan tata bahasa Arab tentang nahwu yang lebih menyebalkan dan pendek.  Ada perbedaan antara unit dan jamak, perbedaan vokal terakhir, perubahan subjek, dan sebagainya.

Ketika ujiannya sama, saya sering membalik penghapus bertanda ABCD untuk mengacak jawaban dan mengacak jawaban dalam undian. Lagi pula, itu semua bahasa Arab, jadi saya tidak tahu apa artinya.  Memalukan. Jadi harus bisa berbahasa Arab untuk bisa menafsirkan isi Al-Qur'an.

Hal yang sama berlaku untuk pelajaran bahasa Inggris.  Sebagai siswa sekolah menengah pertama, saya tidak fasih dalam mengucapkan kata dan kalimat bahasa Inggris, sehingga hampir setiap pertemuan diejek oleh teman sekelas saya.

Saya sudah bingung hanya dengan membaca apa yang dia katakan.  A [ei] B [bie] C [sie] D [die] E [ie] F [ef] G [jie] H [eic] I [ai] dan seterusnya. Di balik rasa pusing itu, saya tidak mengerti diri saya di MI dan MTs saat itu.  Sekarang saya bisa berbicara bahasa Arab dan Inggris, tetapi saya masih gagap.  

Dan, sebagai orang dewasa, saya tidak pernah menyesalinya, tetapi ketika saya mempelajari dua bahasa ini, saya dapat merasakan sulitnya bepergian. Hari ini, setelah memahami, memahami, dan mempraktikkannya, banyak pengalaman dan hal baru.  Saya secara sadar dan sengaja berterima kasih kepada para guru karena telah mengajari saya arti pantang menyerah dan arti pengalaman saya.  Karena, saat Anda mendapatkan pengalaman, kebijaksanaan akan lahir di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline