Lihat ke Halaman Asli

Tiga Pekan Sudah Ciling-Ciling Tiada

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari berlalu Batang Jerami terlihat murung setelah ditinggal pergi sahabat kecilnya Si Mungil. Tak terasa, sudah tiga pekan Ciling-Ciling tiada. Ia mati karena sampah menyesakkan sungai tempat tinggalnya.

“Bagaimana kabarmu?,” sapa Pak Tua Ikan Haruan kepada Batang Jerami, memecah hening sore itu.

“Baik-baik Pak Tua,” jawab Batang Jerami, seraya mengibas-ngibaskan badannya dari sisa-sisa sampah yang tersangkut pada seluruh jemari-jemarinya.

Sampah-sampah yang dibuang manusia ke sungai itu berhamburan. Sampai-sampai limbah plastik tersangkut pada semua batang-batang pohon yang tumbuh di sepadan sungai, karena terbawa air pasang.

“Namun aku masih sedih ditinggal Ciling-Ciling,” katanya lagi kepada Pak Tua.

Hampir setiap menit Batang Jerami menetsekan air matanya. Kesedihannya itu tidak hanya dipicu oleh kematian Ciling-Ciling, tetapi juga kian hari manusia terus-menerus menjadikan sungai sebagai bak sampah. Mereka tidak perduli akan bahaya yang mengancam jika sampah-sampah itu sampai menyumbat arus alir sungai.

“Ia, malang benar nasib Si Mungil,” ujar Pak Tua, menyambut percakapan keduanya.

“Manusia-manusia memang mahluk paling egois. Yang mereka pikirkan hanyalah kehidupan mereka saja,” kata Pak Tua lagi.

“Ia Pak Tua. Mari kita berdoa semoga Ciling-Ciling bahagia di alamnya saat ini,” kata Batang Jerami.

“Tidak terasa, sudah tiga pekan ia mati. Masih membekas, ia mati dipangkuanku,” tambah Batang Jerami. Tak terasa, air matanya mengucur mengenang sahabatnya itu.

Hampir lima jam Batang Jerami dan Pak Tua berbincang. Yang mereka bicarakan hanyalah tentang penyebab kematian Ciling-Ciling.

Diakhir pembicaraan, samar-samar terdengar Pak Tua berpesan agar Batang Jerami terus waspada, karena menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, hingga waktu berjalan kedepan, sampah-sampah akan terus membanjiri sungai.

“Kita masih menunggu keajaiban Tuhan, agar sungai ini kembali bersih dan tidak dicemari limbah seperti dahulu kala,” kata Pak Tua sambil berlalu. ***

Sampai Jumpa Lagi…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline