Lihat ke Halaman Asli

Pria Paruh Baya ini Menunggu Janji Kapolres

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehilangan seorang anak sudah menjadi takdir Anwar. Pria paruh baya itu kira-kira berusia setengah abad lebih. Di rumah semi permanen, kira-kira berukuran 8x6, di atas sebidang tanah yang dipinjamkan dari seorang warga keturunan Tionghoa, ia tinggal bersama keluarganya.

Pria paruh baya ini bertubuh kurus. Ia adalah seorang buruh tani perkebunan kelapa milik warga setempat dengan sistem bagi hasil panen produksi kelapa yang diolahnya. Pendapatan itu hanya cukup untuk mengepulkan dapur isterinya.

Ia adalah perantau dari Kabupaten Buol. Kabupaten ini merupakan tetangga Kabupaten Tolitoli. Menurutnya, sudah 20 tahun ia menetap di daerah penghasil cengkih terbesar di Sulawesi Tengah. Ia berpindah-pindah dari desa satu ke desa lainnya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Terakhir atau saat ini, ia menetap di Desa Lakatan, Kecamatan Galang. Pemilik kebun kelapa tidak hanya memberikan kepercayaan kepada Anwar untuk mengurusi ratusan pohon kelapanya, ia juga diberi tumpangan tanah untung membangun rumah yang memayungi keluarganya dari hujan dan terik matahari.

“Kami cuma numpang tinggal di tanah ini. Kebetulan saya yang urus kebun kelapa ini saya yang urus. Kebun ini milik orang cina,” katanya.

Kurang lebih sepekan sudah anaknya bernama Kasmir dikebumikan. Kasmir merupakan tahanan kasus kecelakaan lalulintas Polsek Galang, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Pemuda yang berusia 21 tahun itu meninggal dunia di rumah sakit setempat, setelah sebelumnya mendapat perawatan medis.

Sesekali ku lihat air matanya menetes dari wajah layunya. Terutama saat ia bercerita tentang anaknya. “Kasihan dia (Kasmir). Saya tidak sangka bisa begini,” katanya kepadaku. Kami mengobrol cukup lama, kira-kira tiga jam lamanya. Dialog kami baru terputus karena mendengar suara adzan Jumat.

Menurutnya, Kasmir merupakan tulang punggungnya, yang sehari-hari membantunya dalam aktivitas mengelola kebun, seperti memanen kelapa hingga mengolah kelapa menjadi kopra.

Anwar memiliki empat orang anak, tiga diantaranya berjenis kelamin perempuan, sementara Kasmir adalah anak tunggal laki-laki.

“Saya minta keadilan,” kata Anwar.

Menurutnya, kasus kematian anaknya ini harus diungkap. Sebab menurutnya, kematian anaknya itu dianggap tidak wajar. “Waktu polisi jemput dia masih sehat,” katanya terisak tangis.

Katanya, tiga hari sepeninggal anaknya ia didatangi Kapolres Tolitoli. Menurutnya, Polres Tolitoli berjanji mengungkap kasus ini. “Kalau terbukti ada penganiayaan, akan saya pecat,” ini pernyataan Kapolres, menurut Anwar.

Hingga saat ini, pria setengah abad lebih itu terus menunggu realisasi janji orang nomor satu di lingkungan Polres Tolitoli.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline