Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Hilmi

Rakyat Indonesia

Pancasila Tak Beragama

Diperbarui: 30 November 2021   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika berbicara mengenai masalah cadar atau niqab, maka hal pertama yang harus disadari oleh semua golongan yang bertikai adalah bahwa cadar merupakan persoalan khilafiyah (perbedaan ulama'). ada ulama' yang berpendapat wajib memakai cadar bagi kaum wanita di ruang publik, ada yang berpendapat Sunnah, bahkan juga ada yang berpendapat makruh. Jadi, persoalan Yang mendasar bukan lagi terletak pada pemakaian cadar itu sendiri, mau memakai cadar atau tidak, sama-sama ada dasarnya.

Ironisnya di Indonesia yang katanya berasaskan Pancasila dan bersemboyan bhineka tunggal Ika ini, para wanita yang ingin menjalankan syariat atau ajaran agama yang mereka anut dengan memakai cadar belum bisa merasakan angin segar dari adanya Pancasila ini, masih banyak orang atau kelompok yang menganggap bahwa mereka yang bercadar adalah orang yang berpaham radikal, bertentangan dengan Islam moderat, bertentangan dengan Pancasila, mengatakan cadar  budaya Arab bukan budaya Nusantara, bahkan ada yang menganggap mereka adalah teroris yang menyebabkan mereka dibatasi ruang geraknya. Tentu saja hal ini keluar dari konteks ilmiah, hingga menjadi ego pribadi, ego kelompok, juga ego politik identitas.

Seharusnya, negara bisa memberi kebebasan pada mereka yang bercadar dengan semua yang mereka yakini menurut ajaran agama mereka, bukan malah memberikan label radikal pada mereka serta mengharuskan mereka yang bercadar untuk melepaskan cadarnya atau membatasi ruang lingkup atau ruang gerak mereka, karena dengan mengharuskan mereka melepaskan cadarnya berarti sama saja dengan melarang mereka untuk menunaikan ajaran agama mereka, serta secara tidak langsung melarang adanya keberagamaan. bukankah hal ini bertentangan dengan makna bhineka tunggal Ika, serta kontraproduktif dengan karakter Pancasila.

Sejatinya adanya Pancasila adalah sebagai payung bagi keberagaman, baik dari segi agama maupun budaya, bukan malah menjadikan Pancasila sebagai alat untuk menvonis mereka yang tidak sependapat sebagai orang yang tidak Pancasilais.

Bila kita bisa menerima budaya selain Arab, mengapa kita justru sinis terhadap budaya Arab dan Jika kita bisa welcome dengan mereka yang berbikini atau semacamnya, lantas mengapa kita tidak bisa menerima mereka yang hendak menutup seluruh tubuhnya?. tidak adil rasanya bila kita "keras" pada satu golongan, tapi bersifat sebaliknya pada golongan lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline