Lihat ke Halaman Asli

Agamaku Tidak Lebih Baik dari Agamamu

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Alkisah, Swami Vivekananda yang saat masih muda bernama Narendra pernah bertemu dengan Mangal Singh, maharaja di wilayah Alwar. Sang raja yang berpikiran modern berpendapat bahwa pemujaan terhadap patung, yang terbuat dari bahan apapun, adalah sama sekali tidak perlu. Mendengar hal itu, Narendra meminta orang-orang yang berada di sekitar untuk menurunkan gambar sang Raja yang tergantung di atas dinding dan meminta mereka meludahi gambar itu.

Dengan penuh kebingungan, orang-orang di sekitar Raja memohon pada Narendra, "Apa yang anda minta itu tak mungkin kami penuhi. Ini adalah citra Maharaja kami. Bagaimana kami bisa meludahinya?"
"Baiklah kalau begitu," kata Narendra. "Maharaja yang kalian lihat dalam gambar ini sesungguhnya bukanlah Maharaja. Gambar ini hanya kertas. Ia sama sekali tidak memiliki darah maupun daging sebagaimana Raja kalian. Meski begitu, kalian menolak untuk meludahinya, karena melihat bayangan dari Maharaja. Dengan meludahi gambar ini, kalian merasa sedang menghina Raja kalian sendiri."

Lalu Narendra berpaling pada sang Raja dan kembali memperjelas argumennya. "Begitu pula halnya dengan seorang pecinta yang sedang memuja patung dewa-dewi yang terbuat dari batu maupun besi. Patung dan gambar-gambar itu membuat pikiran mereka dapat segera mengenali atribut Tuhan yang demikian beragam, sehingga membuat mereka mudah untuk memusatkan perhatian - itulah gunanya gambar atau simbol Tuhan. Sesungguhnya mereka tidak sedang memuja batu ataupun besi."


"Setiap orang, wahai Maharaja, sesungguhnya sedang memuja Tuhan yang sama yang merupakan Jiwa yang Agung, Sang Pengetahuan Sejati, dan Tuhan menampakkan diriNya dengan cara yang berbeda-beda sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh setiap orang."
-------------------------------------------------------------------------------------------
Hanya ada dua aspek Brahman atau Tuhan yang dapat dipahami manusia. Pertama, aspek Nirguna, atau abstrak, gaib, tidak bermanifestasi, tanpa wujud. Kedua, adalah aspek Saguna, nyata, bermanifestasi, berwujud. Keduanya adalah aspek Brahman atau Tuhan yang sama.

Ada yang merasa lebih dekat dengan aspek Nirguna, ada pula yang merasa lebih mudah menyadari kehadiran Tuhan lewat aspek Saguna. Ada pula seseorang yang memilih aspek Nirguna lewat sholat, meditasi dan beragam latihan ruhani. Banyak sarana Saguna yang bisa dijadikan sebagai objek untuk menyadari kehadiran Tuhan, seperti lukisan, patung, kaligrafi ayat suci, wujud orang suci, altar, rumah ibadah, dan berbagi tempat suci yang keramat.

Tuhan yang abstrak ataupun yang bermanifestasi baru sebatas tataran konsep buatan manusia. Tuhan sejatinya tidak dapat dijelaskan dengan konsep, Tuhan itu berwujud dan sekaligus gaib.

Ad-Dhohiru wal Bathinu, tan kena kinaya ngapa. Pangeran iku bisa maujud, nanging wewujudan iku dudu Pangeran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline