Lihat ke Halaman Asli

What Is Karate?

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13267040811463428230

Ini adalah sebuah kisah nyata yang dicuplik dari buku Karatedo My Way of Life. Suatu hari dalam perjalanan untuk menjemput istri dan anak-anaknya di rumah mertua, Gichin Funakoshi melintasi kawasan hutan pinus. Tanpa diduga 2 orang lelaki dengan penutup mata mencegatnya di tengah jalan, rupanya semacam preman atau tukang palak.

Salah satu menggertak Funakoshi, “Berhenti! Jangan coba bertindak macam-macam. Apa saja bawaanmu itu?” ”Tuan-tuan, saya tidak akan melawan, toh saya tidak mungkin bisa mengalahkan Anda berdua”, Funakoshi tidak menunjukkan tanda untuk memberi perlawanan.

Salah satu preman yang membawa pentungan mendekat, “Baik kalau begitu, serahkan uangmu

Saya tidak bawa uang...”, Funakoshi memang bukan berasal dari kalangan berada, jelas kedua preman ini maklum kalau Funakoshi tidak bawa uang.

Kalau begitu tembakau saja!”

Saya bukan perokok

Ambil yang ini saja”, lalu Funakoshi menunjukkan barang bawaannya, “Yang saya punya cuma kue Manju ini...

Sial, cuma kue Manju”, salah satu preman agak kecewa. “Lebih baik ketimbang tidak dapat apapun. Sudahlah! Sana cepat pergi”, setelah merampas kue milik Funakoshi, kedua preman tersebut perlahan menghilang di balik pepohonan.

Mungkin ini yang namanya Manju

Selang beberapa hari, Funakoshi bertemu dengan kedua gurunya, Azato Anko dan Anko Itosu, dan menceritakan pengalamannya dicegat preman di perjalanan.

Tetapi...”, master Azato sedikit tersenyum, “karena kue Manju milikmu diambil mereka, lantas apa yang kau persembahkan di altar mendiang mertuamu?

Karena saya tidak bawa apapun”, Funakoshi menjawab, “saya cuma bisa persembahkan doa saya untuk arwah beliau dengan sepenuh hati

Ah, hebat! Luar biasa.....”, master Azato dan master Itosu terkesan, “Funakoshi, kau telah memahami sepenuhnya spirit Karate. Kau sudah mulai memahami apa yang kami ajarkan

Gichin Funakoshi terharu, kedua gurunya adalah maestro karate yang keras dan disiplin; tidak pernah sekalipun memberi pujian pada dirinya selama ini. Hari itu Funakoshi mendapatkan pelajaran berharga tentang hakikat Karatedo yang kelak beliau tuangkan dalam bentuk kaligrafi yang bertuliskan “The ultimate aim of the art of Karatedo lies not in the victory or defeat but in the perfection of the character of its participants”.

Rujukan: Funakoshi, Gichin. 1978. Karate Do My Way of Life. USA: Kodansha




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline