William B. Smith Jr. (1929-1993) adalah "Bapak Six Sigma." Smith lahir di Brooklyn, New York. Ia lulus dari Amerika Serikat pada tahun 1952. Dia lulus dari Akademi Angkatan Laut dan kemudian belajar di Sekolah Manajemen Universitas Minnesota (sekarang Sekolah Manajemen Carlson), tetapi tidak menyelesaikan studinya. Pada tahun 1987, setelah hampir 35 tahun berkecimpung di bidang teknik dan jaminan kualitas, ia bergabung dengan Motorola sebagai wakil presiden dan manajer jaminan kualitas senior untuk Land Mobile (Smith, 2024).
Biografi William B. Smith
Pada tahun 1987, setelah bekerja selama hampir 35 tahun di bidang teknik dan jaminan kualitas, ia bergabung dengan Motorola. Pada akhir tahun 1970-an, Motorola tengah menjalankan inisiatif untuk meningkatkan kualitas hingga 10 kali lipat (10X) untuk mencoba mengejar pesaing Jepang, khususnya perangkat televisi. Smith, Harry, dan CEO Bob Galvin dianggap berjasa membawa kembali metode pengendalian kualitas Jepang ke AS (berdasarkan ajaran W. Edwards Deming ) .
Six Sigma menggunakan metode statistik untuk mencapai tingkat kualitas yang tinggi, dengan tujuan hanya 3,4 cacat per satu juta peluang. Pendekatan ini kemudian diadopsi oleh berbagai perusahaan besar, termasuk General Electric, dan menjadi standar dalam industri untuk perbaikan proses dan manajemen kualitas (Smith, 2024).
Kontribusi Six Sigma Oleh Bill Smith
Menurut Gaspersz, Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang dan jasa. Jadi six sigma merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatic yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas (Prastya et al., 2024).
Strategi Six Sigma berupaya meningkatkan kualitas produksi dengan mengidentifikasi dan menghilangkan penyebab cacat serta meminimalkan variabilitas dalam proses produksi dan bisnis . Hal ini dilakukan dengan menggunakan metode manajemen kualitas empiris dan statistik serta dengan mempekerjakan orang yang bertindak sebagai pakar Six Sigma. Setiap proyek Six Sigma mengikuti metodologi yang ditetapkan dan memiliki target nilai tertentu, seperti mengurangi polusi atau meningkatkan kepuasan pelanggan .
Six Sigma merupakan metode peningkatan kualitas yang banyak digunakan oleh perusahaan dan organisasi, dengan mengedepankan konsep bahwa cacat produk hanya 3,4 untuk setiap satu juta produk yang dihasilkan. Secara umum Six Sigma memiliki dua pengertian, yakni Six Sigma sebagai filosofi bagi perbaikan berkelanjutan dengan terus menurunkan produk cacat dan Six Sigma sebagai alat teknis dalam mengukur jumlah cacat per satu juta produk yang dihasilkan (Isa Abdussalam & Minto Waluyo, 2024).
Dalam penerapan metode Six Sigma, terdapat lima tahapan yang perlu dilewati antara lain define, measure, analyze, improve, dan control yang biasa disingkat menjadi DMAIC. DMAIC sendiri merupakan sebuah komponen dasar dari metodologi Six Sigma, yang digunakan untuk meningkatkan kinerja suatu proses dengan meminimalisasi kecacatan (Ananda & Puspitasari, 2024).
Tahap Define merupakan langkah pertama dalam pendekatan Six Sigma. Langkah ini mengidentifikasi masalah penting dalam proses yang sedang berlangsung. Tahap Measure bertujuan untuk memvalidasi permasalahan, mengukur atau menganalisa permasalahan dari data yang ada. Tahap Analyze pada DMAIC berfungsi untuk memberikan masukan atas prioritas dalam upaya penanggulangan penyebab masalah, memperlihatkan dampak dari kegagalan proses dan produk akhir terhadap konsumen, menguraikan penyebab kegagalan hingga sampai akar penyebab permasalahan dan memberikan masukan bagi upaya improvisasi.