Lihat ke Halaman Asli

Peluang dan Tantangan Cryptocurrency untuk Ekonomi Berkelanjutan dan Penciptaan Lapangan Kerja di Masa Depan

Diperbarui: 14 Januari 2025   00:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Diskusi Kelompok Mahasiswa Universitas 17 Agustus Surabaya: Peluang dan Tantangan Cryptocurrency untuk Ekonomi Berkelanjutan

Surabaya, 20 Desember  Kelompok mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Universitas 17 Agustus Surabaya yang terdiri dari Mohammad Dimas Dwi Prasetyo, Fahmi Adrian Putra Ari Poerwanto, Nicko Albarado, dan Fhaida Shafa Asharina mengadakan diskusi bertema “Cryptocurrency: Peluang dan Tantangan dalam Mendukung Ekonomi Berkelanjutan dan Penciptaan Lapangan Kerja di Masa Depan.” Diskusi ini melibatkan Abdullah Said, seorang penggiat crypto sekaligus pendiri komunitas Blockchain Lokal Indonesia, yang dihadirkan sebagai narasumber melalui wawancara daring via Zoom.

Mengungkap Peluang Ekonomi Digital

Dalam wawancara, Abdullah Said menjelaskan bahwa cryptocurrency memiliki peran besar dalam meningkatkan inklusi keuangan dan efisiensi transaksi. “Dengan teknologi blockchain, transaksi lintas negara dapat dilakukan lebih cepat dan dengan biaya yang jauh lebih rendah. Selain itu, banyak masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan perbankan kini dapat bergabung dalam ekosistem ekonomi digital hanya dengan smartphone,” jelas Abdullah.

Ia juga menyoroti bahwa perkembangan cryptocurrency membuka peluang besar untuk lapangan kerja baru, terutama di bidang teknologi. “Profesi seperti pengembang blockchain, analis data, dan konsultan legal untuk aset digital adalah contoh pekerjaan yang semakin diminati di masa depan. Ini menjadi peluang besar bagi generasi muda yang siap beradaptasi dengan teknologi baru,” tambahnya.

Tantangan Hukum dan Lingkungan

Sebagai mahasiswa hukum, kelompok ini juga membahas aspek regulasi dengan Abdullah Said. Ia mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya regulasi yang jelas di Indonesia. “Regulasi sangat diperlukan untuk memberikan kepastian hukum dan melindungi konsumen. Namun, regulasi yang terlalu kaku juga bisa menghambat inovasi,” ujarnya.

Selain itu, isu lingkungan menjadi perhatian utama, terutama terkait proses penambangan cryptocurrency yang menggunakan energi besar. “Namun, saat ini sudah ada inovasi seperti mekanisme proof-of-stake yang lebih ramah lingkungan dibandingkan proof-of-work. Kita harus terus mendorong adopsi teknologi yang berkelanjutan,” tambah Abdullah.

Komitmen Mahasiswa dalam Edukasi Publik

Diskusi ini merupakan bagian dari proyek kelompok mahasiswa yang mengangkat tema “Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi” sesuai poin ke-8 dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Mohammad Dimas, sebagai ketua kelompok, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan tantangan cryptocurrency secara seimbang.

“Banyak orang hanya memandang cryptocurrency sebagai instrumen spekulasi, padahal di balik itu ada potensi besar untuk mendukung ekonomi berkelanjutan. Kami ingin masyarakat lebih paham dan bijak dalam memanfaatkan teknologi ini,” ungkap Dimas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline