Ceritanya bulan ramadhan,Tentang kisah anak yang jauh dari orang tua tetapi bukan berarti perantauan namun sedang berada dalam fase dimana mengemban tanggung jawab, Dengan hal ini keterpaksaan untuk menuai amanah bukanlah perihal kenyamanan akan tetapi perihal dedikasi dan perjuangan demi tugas suci yang mulia, Kami bukan dipaksa orang lain melainkan ini adalah bentuk proses untuk mencapai suatu perubahan/ sering dikenal agen of change, Nah ini bukan sekedar kata2 tapi ini adalah beban moral bagi kami untuk menumbuhkan dalam jiwa kita tentang identitas mahasiswa itu sendiri.
meskipun puasa, sahur, dan berbuka puasatidak bersama orang tua, akan tetapi dengan sahabat seperjuangan yang saling meraut bukan menoreh, walaupun hati kadang tak terima ketika jauh dari senyuman orang tua, tetapi ini demi proses kami untuk bagaimana menciptakan change dan control terhadap kehidupan ortu agar lebih baik akan hasil jerih payah kita dalam mencapai kesuksesan. Disini kami diajarkan bagaimana hidup seperti layaknya ortu juga kita dihadirkan untuk bagaimana hidup mandiri, karna hidup tak selamanya akan berdampingan pastinya 1 persatu akan tiada maka dari itu disini saya belajar bagaimana jerih payah menjadi orang tua, walaupun mata tak mampu tuk bicara tuk ungkapkan kepedihan ini, tapi hati tetap bersuara untuk menyadari bahwa hidup tak selamanya perihal ada tapi juga perihal tiada.
Lika liku kehidupan yang kuarungi demi kebahagian keduanya yakni ortua, rintangan/ ujian tak jadi soal karna itu bagian dari proses kami, malah kita jadikan motivasi. Bulan ramadhan ini aku bersama dengan sahabat diantaranya ( pak iyon, dan jack anwar) disini kami tidak menemukan raut wajah yang kusam karena suatu permasalahan akan tetapi semua tertutupi dengan canda tawa kita, meskipun setelah difikir2 itu tiada guna, namun semua masalah bisah akan mudah ketika kita menyelesaikan masalahnya dalam keadaan hati tenang dan tentram. Kami dipaksa untuk bangun malam untuk masak dan sebagainya akan kebutuhan sahur, yang serba serbi seadanya bukan tentang apa yang harus diadakan, kami sahur dan berbuka dengan sederhana namun begitu nikmat rasanya ketika kita sahur dan berbuka puasa bareng, walaupun hanya nasi dengan lauk pauk telor, tapi bagi kami sangat bermakna dan penuh dengan beribu- ribu kenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H