Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Alfin Faza

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Gotong Royong Berbalut Spiritualitas ala Warga Kelurahan Cepoko

Diperbarui: 14 Agustus 2022   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kelurahan Cepoko merupakan sebuah kelurahan didaerah Gunungpati, Kota Semarang. Secara geografis Kelurahan Cepoko berada di ketinggian antar 800 hingga 1000 Mdpl, dengan begitu cuaca didaerah ini begitu dingin, Kelurahan Cepoko terkenal akan hasil perkebunannya, dilansir dari web resmi pemerintah kota Semarang, kelurahan Cepoko merupakan salah satu dari beberapa desa wisata yang terkenal akan hasil alamnya,

didaerah inj dapat dijumpai jambu kristal, kelengkeng dan durian. Karnaval durian dan buah buahan sering digelar didaerah kelurahan Cepoko tiap tahunnya, hal itu yang mendasari daerah ini disebut desa wisata.

Sumber daya alam yang subur dan baik, tentunya akan menghasilkan produk yang baik dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas, ungkapan itu bukan sebatas ungkapan saja. 

Menurut Ndraha (1997:12) mengatakan bahwa pengertian kualitas sumber daya manusia, yaitu: sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif, tetapi juga nilai kompetitif, generative, inovatif dengan menggunakan energi tertinggi seperti intelligence,dan spiritualitas. 

Tingkat keberkualitasan sumber daya manusia dapat diukur melalui 2 cara yaitu cost based atau berdasarkan dari jumlah pengeluaran dan pemasukan per individu, dan dengan cara value based atau berdasarkan dengan nilai, diantara nilai- nilai yang ada yaitu, spiritualitas, kebersamaan, dan motivasi. 

Dalam kehidupan bermasyarakat, warga kelurahan Cepoko tidak jauh dari sisi spiritualitas, adanya pengajian Selapan tiap minggu pon adalah salah satu diantara banyaknya sisi spiritualitas warga Cepoko.

Pengajian selapanan yang dilaksanakan tiap Minggu pon, merupakan buah dari penyebaran Islam pada era Walisongo, dilansir oleh Wikipedia, dsa Cepoko sendiri tidak luput akan penyebaran agama Islam era walisongo, Cepoko sendiri berasal dari kata "cep ga ono opo opo ko?" 

Kata itu terucap dari jamaah sunan Kalijaga disaat sunan Kalijaga mengutus utusannya untuk mencari pohon jati, namun pohon jati tersebut malah menghilang hilang. Tentunya kisah itu berasal dari penuturan warga untuk mengingat perjuangan sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam, selain itu beberapa kiai terkenal juga sempat menginjakkan kaki di Cepoko , 

mbah Soleh darat salah satunya, peninggalan tersirat yang masih berjalan sebagai tradisi hingga saat ini salah satunya pengajian selapanan, dalam pengajian ini sikap gotong royong masyarakat sangat kentara, mulai dari membantu menyiapkan tempat pengajian yang bertempat di masjid Baitul Muttaqin, 

hingga ada yang bahu membahu menyiapkan konsumsi untuk para jamaah, geliat spiritualitas sangat kentara ketika acara sudah dimulai, masjid yang penuh sesak merupakan salah satu dari bukti spiritualitas masyarakat Cepoko, antusias warga juga tidak kunjung surut, semangat ini lah yang dapat dikatakan kebersamaan yang berbalut spiritualitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline