Matilah semua doa yang berjelaga, bulirnya tersesat di antara moralitas dan ketuhanan. Keyakinan mengerucut menjelma kebencian yang mendominasi hati.
Apa yang salah? Selalu kulalui setiap takdir yang dihidangkan. Walau kadang dipaksa tangguh di tengah kuasa-Nya yang begitu angkuh.
Sia-sia takdir yang kurajut dengan nafas yang tersisa, hingga renjana raga tak sabar memeluk tanah pusara.
Dunia begitu luas, namun begitu sempit saat melangkah. Sesempit waktu yang terus memaksaku untuk berucap kata "Andai" dan "Jika".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H