Lihat ke Halaman Asli

Cak Sobb

Pebisnis

Ilmu Tentang Rasa dalam Ekspresi Kehidupan

Diperbarui: 3 Juni 2022   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam upaya mendekatakan diri kepada allah SWT ada satu fase amalan yang sering terlupakan dan tidak diajarkan secara umum dalam syariah, fase ini adalah mengamalkan ilmu rasa. 

Pernah tidak kalian memiliki perasaan yang  ingin sekali ikut merasakan apa yang kalian rasakan. Saat jatuh cinta pada seseorang pastinya kalian mengharap pujaan hati membalas dengan perasaan yang sama. Namun taukah kamu perasaan yang kalian rasakan adalah warisan dari perasaan alam semesta? 

Alam semesta ini seperti menyimpan cinta pada kita dan sudah seharusnya kita mencintai dengan perasaan yang sama, karena sebaliknya jikalau kita tidak berlaku cinta pada alam semesta hal ini akan menjadi bahaya besar dalam diri kita. 

Apa yang kita rasakan adalah bahasa alam yang hendak menyampaikan sesuatu kepada kita. ketika pesan dari rasa itu tersampaikan secara utuh kepada kita. Maka dalam titik inilah kita mendapatkan ilmu hakikat hingga ilmu makrifat dapat dibahasakan menggunakan cara berbagi rasa dalam menyampaikan pesan sehingga kita mengenal allah swt melalui satu rasa yang sama. 

Adapun orang-orang sholeh yang sudah bermakrifat atau mengenal allah, pasti pernah melalui fase mengenal dengan rasa. Konsep sederhana ilmu ini seperti merasakan apa yang alam semesta rasakan. Misalnya seperti rasa cinta, kasih dan rasa sayang adalah suatu rasa yang alam semesta wariskan kepada manusia. 

Dalam syariat islam ilmu rasa memang tidak mendapatkan bab khusus sebagai suatu cara yang wajib dilakukan setiap muslim. Karena ini ilmu tinggi yang membutuhkan persiapan bagi hamba yang menerimanya. Ilmu rasa menjadi media ilmu yang tidak mungkin dicapai akal. 

Dalam tasawuf cara yang ditempuh untuk menemukan hakikat menurut imam al-ghozali terdiri atas dua tahap yaitu ilmu dan amal. Ilmu yang dimaksud adalah tentang konsep dan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam tasawuf seperti mahabbah, ma'rifat dan sebagianya. 

Selain itu diharuskan pula mengetahui syariat dan keimanan yang kuat terhadap 3 dasar keimanan. Yang dimaksud dengan amal adalah mengalami secara langsung konsep dan langkah-langkah yang harus dilalui tadi. 

Ilmu dan amal harus menyatu seperti pernyataan imam al-ghozali yaitu bahwa para sufi adalah orang-orang yang memiliki pengalaman langsung bukan orang-orang yang hanya berbicara tanpa pernah mengalaminya. 

Dalam tasawuf pencarian ilmu hakikat tidak bisa dicapai dengan pengetahuan saja tapi harus dengan pengalaman yang merasakannya secara langsung, maka dengan pengalaman inilah yang disebut dengan rasa atau merasakan apa yang alam semesta rasakan. 

Secara sederhana keterangan imam al-ghozali dapat dijelaskan sebagai berikut. Ilmu di ibaratkan seperti seseorang yang mengetahui buah kurma enak rasanya dan amal adalah pengetahuan setelah ia mencicipi dengan pengalaman memakan buah kurma itu, seseorang belum akan mengetahui rasa manis dan harumnya sebelum dirinya benar-benar mengalami dengan mencicipi rasanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline