Seri Cerpen Bersambung ANAK KOLONG
MANCING
Oleh: Mohamad Ikhwanuddin
“Aku dapat ikan...”, teriakku sambil mengangkat joran pancing dengan senar yang tegang oleh tarikan tawes besar. Dua jam berlalu akhirnya kailku di sentuh ikan. Dengan wajah berbinar ku lepaskan kail yang menyangkut di mulut Tawes. Sedikit sentakan akhirnya kail terlepas dari mulutnya. Tawes menggelepar-gelepar di tanah seakan tak rela aku yang mendapatkannya. Segera ku masukan ke dalam kepis yang terbuat dari anyaman bambu.
Suasana hening...
Aku tidak melihat sahabatku yang lainnya, Ali, Yoyok dan Didin. Dimana gerangan mereka berada?
Ah...sudahlah, mungkin mereka mencari tempat teduh yang banyak ikan bergerombol disana. Seperti biasa kita berempat pergi dan pulang selalu bersama, namun berpencar saat memancing. Teman-teman memanggilku Pung atau Japung. Kata orang tuaku, Japung itu kepanjangan dari Jawa Lampung. Penduduk desaku seluruhnya purnawirawan angkatan laut yang sebelum pensiun transmigrasi ke daerah ini. Untuk mengabadikan kelahiranku namun tidak meninggalkan identitas asal, aku diberi nama Japung.
“Yoyok…?”
“Didin…?”
“Ali…?”