Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Nasih Al Hashas

Bersyukur dan Ikhlas

Iblis, Guru Tauhid Paripurna

Diperbarui: 18 Desember 2021   01:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kelawan Allah Kang Maha Suci
(Kepada Allah Yang Maha Suci)
Syi'ir Gus Dur

وَ إِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوْا لِأدَمَ فَسَجَدُوْا إِلَّا إِبْلِيْسَۗ أَبَى وَاسْتَكْبَرَۖ وَ كَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam!", maka mereka pun sujud kecuali iblis, ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir."

Ketika memaknai ayat di atas, tak sedikit dari kita yang menyebut dan menghukumi iblis sebagai makhluk yang durhaka kepada Tuhannya karena iblis dianggap telah membangkang atas perintah Tuhan yakni perintah untuk bersujud kepada Nabi Adam a.s. Iblis menolak untuk taat pada perintah ini hanya karena hawa nafsu iblis yang merasa lebih baik daripada Adam karena iblis diciptakan oleh Allah dari api dan Adam hanya diciptakan dari sebuah tanah yang mana dalam hal ini api dianggap lebih mulia karena memiliki kekuatan, sedangkan tanah hanyalah entitas yang lemah dan hina karena selalu bertempat di bawah.

خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ

"Engkau ciptakan kami dari api, sedangkan Engkau cipatakan dia dari tanah",
ucap iblis.

Wahai saudaraku, seorang yang bijak berkata bahwa yang hitam tidak selalu hitam dan yang putih tidak selalu putih. Para pecandu kopi pun berkata bahwa jika yang suci selalu bening maka tidak akan ada kopi di antara kita. Lantas, apakah yang dilakukan oleh iblis secara keseluruhan adalah hitam dan durhaka? Dan apa yang dilakukan oleh malaikat selalu hal yang paling baik? Tidakkah tiap mahkluk memiliki fithrah untuk menyembah Tuhannya? Dan tidakkah di setiap keburukan akan kita temui kebaikan?
Wahai saudaraku, betapa besar cinta iblis kepada Allah SWT sebagai Tuhannya. Kita semua mengetahui bahwa Allah SWT telah memberikan gelar kepada iblis dengan sebutan alaihil la'nah (laknat ada padanya) dan Ia juga telah memastikan bahwa Iblis dan seluruh pasukannya akan menjadi penghuni neraka selamanya. Namun sekali lagi, kita perlu berdiskusi dan bermonolong dengan hati nurani kita, apakah seseorang yang mencintai Tuhannya akan selalu mendapatkan surga? Dan apakah seseorang yang yang durhaka kepada Tuhannya bisa dipastikan akan masuk nerakaNya?

Wahai saudaraku, Allah SWT adalah Tuhan seru sekalian alam secara mutlak. Tidak ada satu pun makhluk yang ada di alam ini yang tidak tunduk kepadaNya. Ia Tuhan Yang Maha Esa. Allah maujud tanpa sebab, Dia lah yang Yang Permulaan dan Yang Terakhir, Dia lah Yang Kekal, Yang menjadi sandaran seluruh makhluk dan Dia Yang berbeda dengan apapun yang memiliki nama, baik dalam wujud, hak dan apapun yang disandarkan padaNya. Lantas, ketika hak Allah adalah untuk disembah, untuk mendapat sujud dari hamba-hambaNya dan untuk disucikan DzatNya, apakah ada entitas lain yang juga mendapatkan hak seperti ini? Dengan tegas saya jawab tidak. Oleh karena itu, ketika iblis membangkang atas perintah bersujud kepada Nabi Adam a.s maka itu adalah bentuk komitmen iblis kepada Tuhannya dan bentuk pensucian iblis atas hak-hak Tuhan. Iblis tidaklah salah secara mutlak atas pembangkangannya dan ia tidaklah benci kepada Tuhannya. Pembengkangan seperti ini adalah implementasi rasa cinta yang sangat besar dari iblis kepada Tuhannya dan merupakan bentuk ketauhidan seorang Iblis.

Islam adalah agama tauhid yang berarti agama ini selalu konsisten untuk mengesakan Allah dan mensucikan Allah dari segala perkara yang dapat mengurangi kesucianNya (menjaga hak-hakNya).
Sampai di sini, kita perlu merenungkan lebih dalam lagi, apa maksud dari sub judul di atas yang saya sebut bahwa iblis adalah guru tauhid paripurna. Saya teringat dengan perkataan Al-Hallaj (w.301 H) dalam kitabnya yang berjudul Thawasin yang mana ia sangat mengapresiasi dan takjub atas apa yang diperbuat iblis dengan berkata, "ma kana fi ahlis sama'i muwahhidun mitsla iblis" (tidak ada penduduk langit yang memiliki tauhid murni kepada Allah layaknya iblis).

Iblis pada mulanya termasuk salah satu penghuni surga. Ia adalah hamba Allah yang sangat taat dalam beribadah dan mengabdi kepadaNya, ia memiliki pengetahuan seluas samudera sehingga menjadi guru bagi seluruh penghuni surga. Lantas bagaimana bisa, dengan ketaatan yang begitu besar dan keilmuan yang begitu luas, iblis bisa dilaknat oleh Allah? Hal ini akan memunculkan pertanyaan karena kontradiksi antara taat dan laknat.

Dengan ketauhidan yang paripurna dan keilmuannya, dan rasa cinta yang begitu besar kepada Allah (Sang Kekasih) maka iblis menolak dan membangkang atas perintahNya untuk bersujud kepada Adam. Dengan tafsiran dalam bentuk apapun, entah sujud itu dimaknai sebagai menyembah atau hanya sekedar memberi rasa hormat kepada Adam, iblis tak mungkin bisa membohongi hati nuraninya untuk selalu menjaga kesucian cintanya kepada Sang Kekasih.
Saya sering menganalogikan permasalahan ini dengan problematika kawula muda saat menjalani kegiatan asmaranya. Seorang pria yang mencintai dengan ketulusan hati dan cinta yang murni, tak akan sanggup mengkhianati kekasihnya atau bahkan hanya sekedar mengistimewakan wanita lain. Sebut saja sosok Romeo yang mencintai Juliet, Qais yang tergila-gila pada Layla dan Rama yang jatuh hati pada Sinta. Mereka bertiga tak akan mampu mengistimewakan, menduakan dan mengkhianati kekasihnya dengan wanita lain meskipun hal demikian ini adalah permintaan atau permohonan dari kekasihnya. Ketika salah satu dari mereka mematuhi dan menuruti permintaan tersebut, maka mereka telah dengan sengaja menodai kesucian cintanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline