Kalau pernah belajar akuntansi atau melihat dokumen-dokumen kantor, kamu pasti pernah mendengar kata inventaris. Apa sebenarnya inventaris itu?
Menurut Warren (2005), inventaris adalah barang dagang yang dapat disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan dapat digunakan dalam proses produksi atau dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Kata lain dari inventaris, atau inventory dalam bahasa Inggris, adalah persediaan. Beberap orang menyebutnya stok, tapi kata inventory lebih spesifik untuk barang yang akan dijual, sedangkan stok bersifat lebih umum.
Lebih jauh lagi, menurut Heizer (2005), inventory atau persediaan bisa dibagi menjadi empat, demikian:
- Bahan baku (raw material inventory). Inventory ini bersifat memutus perusahaan dari supplier atau vendor.
- Barang setengah jadi (work in progress). Ini adalah persediaan barang yang sudah diproses dan belum selesai. Jumlah waktu yang dibutuhkan bahan mentah sampai jadi barang siap jual disebut manufacturing cycle time.
- Inventory untuk pemeliharaan dan operasional (MRO). Inventory ini ada supaya produksi tidak terganggu oleh jadwal pemeliharaan, maupun masalah yang tidak terduga.
- Barang jadi (finished goods). Ini adalah barang yang siap dijual, baik yang sudah dipesan dan siap untuk pengiriman, maupun yang ditimbun untuk mengantisipasi permintaan dari konsumen di masa depan.
Perusahaan di masa kini menggunakan perangkat lunak atau software untuk mengelola Material Requirement Planning dalam produksinya, serta Inventory Management System (IMS) untuk mengelola persediaan. Ada berbagai macam software bisnis yang populer, dan umumnya menjadi satu dengan fungsi pembukuan akuntansi, keuangan, manufaktur, hingga Customer Relationship Management (CRM). Software all-in-one seperti ini disebut ERP atau Enterprise Resource Planning.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H