Lihat ke Halaman Asli

Tidak Punya Hati dan Lidah

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selain walisongo, wali yang dikenal di kalangan umat Islam Indonesia adalah Syaikh Abdul Qadir Jailani. Bahkan beliau disebut sebagai raja waliullah. Banyak ajaran yang diberikan kepada murid-muridnya. Di antara ajarannya ada yang bertutur tentang kepribadian manusia. Menurutnya, manusia terbagi dalam empat golongan.

Golongan pertama, orang yang tidak punya lidah dan hati. Golongan ini pada umumnya tidak peduli pada kebenaran dan pentingnya amal perbuatan baik bagi manusia. Mereka hanya tunduk dan patuh pada indra fisik. Dengan kata lain, mereka selalu mengikuti ajakan dan bujukan hawa nafsunya.

Golongan kedua, orang yang punya lidah tetapi tidak punya hati. Golongan ini bicaranya baik, manis, dan menawan. Setiap orang yang mendengar ucapannya, pasti tertarik dan terpesona. Janji-janjinya melenakan. Tapi apa yang dia janjikan, tidak pernah ditepati. Golongan ini bsa disebut sebagai orang munafik. Dalam suatu Hadis Nabi Muhammad mengungkapkan tanda-tanda orang munafik ada tiga. Pertama, jika berbicara, bohong. Kedua, jika berjanji, tidak ditepati. Ketiga, jika dipercaya berkhianat. (H.R Bukhori Muslim).

Golongan ketiga, orang yang punya hati tetapi tidak punya lidah. Orang-orang golongan ini sadar akan kekurangan dan kelemahannya, sehingga berusaha secara sungguh-sungguh dan terus menerus mensucikan diri dengan banyak beribadah. Tapi saat melihat kebatilan dan kemunkaran, mereka memilih diam dan tidak berbuat apa-apa.

Golongan keempat, orang yang punya hati dan lidah. Inilah sebaik-baik golongan. Mereka memiliki pengetahuan umum dan agama yang sangat luas yang dilengkapi bimbingan dari Allah. Orang-orang golongan ini bukan saja rajin dan tekun beribadah shalat wajib yang lima waktu tetapi juga tidak pernah melupakan bangun tengah malam untuk shalat tahajud. Yang tidak kalah pentingnya, mereka secara konsisten menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.

Sebagai seorang muslim kewajiban kita bukan hanya beribadah untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga punya kewajiban lain yang harus dilaksanakan, yaitu mengajak orang lain berbuat kebaikan dan mencegah jika ada orang lain yang akan melakukan perbuatan yang dimurkai Allah.

Sebagaimana ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an, “Hendaklah kamu tergolong umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh mengerjakan yang baik dan melarang perbuatan yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung (Al-Imron 104).

Apabila diteliti dan diamati firman Allah tersebut, maka terdapat dua hal penting yang perlu diketahui. Pertama, kata “Hendaklah kamu,” mengandung kata amar, yang berarti menyuruh atau memerintah. Kata amar juga mengandung arti keharusan dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Jika kita melaksanakan kewajiban menyuruh perbuatan baik dan mencegah perbuatan munkar, maka kita tergolong orang-orang yang beruntung.

Kedua, melaksanakan amar ma’ruf dan munkar hukumnya fardu kifayah. Artinya, kewajiban amar ma’ruf dan munkar menjadi gugur bagi muslim yang lain jika ada seorang saja yang melaksanakannya. Tapi sebaliknya, jika tidak ada seorang pun yang melaksanakan, maka seluruh umat Islam yang berada di suatu kampung tersebut akan memikul dosa.

Bahkan Allah memberikan gelar sebagai umat yang terbaik bagi orang-orang yang secara rutin menyuruh perbuatan baik dan mencegah perbuatan munkar. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh perbuatan baik dan mencegah perbuatan munkar (Al-Imron 110).

Tapi bagi orang-orang yang tidak peduli saat melihat kemunkaran terjadi, maka Allah akan menimpakan siksanya bukan hanya pada segelintir orang, tapi seluruhnya akan merasakan. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad Abu Daud dan Tirmidzi, Qais bin Hazim mengatakan, Abu Bakar berdiri memuji Allah, kemudian mengatakan, “Saudara-saudara sekalian, sesungguhnya kami pernah mendengar Rasulullah bersabda, sesungguhnya apabila masyarakat menyaksikan kemunkaran, lalu mereka tidak merubahnya, maka Allah akan meratakan siksanya kepada mereka semua.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline