Baru-baru ini, Indonesia dinyatakan sebagai negara pengonsumsi mikroplastik nomor satu di dunia. Menurut penelitian dari Environmental Science & Technology, masyarakat Indonesia menempati juara satu dalam penggunaan mikroplastik di dunia.
Mikroplastik adalah potongan plastik kecil dengan ukuran kurang dari 5 mm. Ketika terlepas ke lingkungan, mikroplastik dapat mengendap di perairan dan sulit diuraikan karena sifatnya yang tahan lama. Keberadaan mikroplastik di lingkungan dipengaruhi oleh berbagai aktivitas dan sumber pencemaran. Paparan mikroplastik diketahui berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh John L et al. pada tahun 1998 menemukan serat plastik di jaringan paru-paru manusia. Efek negatif dari paparan mikroplastik ini meliputi stres oksidatif yang berkelanjutan yang dapat memicu inflamasi kronis, mutasi genetik, dan peningkatan risiko kanker. Anak-anak yang lebih sering terpapar mikroplastik juga ditemukan lebih rentan terhadap dampak ini. Gejala yang mungkin muncul pada anak-anak adalah reaksi alergi, gangguan pernapasan, gangguan pencernaan, dan gangguan hormon yang dapat menyebabkan obesitas, diabetes, masalah pada tiroid, bahkan penyakit jantung.
Mengapa Indonesia menjadi peringkat teratas pengonsumsi mikroplastik?
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat konsumsi mikroplastik yang tertinggi di dunia disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu penyebab utama adalah pengelolaan limbah plastik yang tidak efektif, termasuk praktik pembuangan terbuka dan keterbatasan fasilitas pengolahan di tempat pembuangan sampah. Setiap tahun, lebih dari 30.000 ton limbah plastik tidak dikelola dengan baik sehingga berisiko terbawa air hujan ke saluran air dan mencemari ekosistem perairan.
Di samping itu, laju pertumbuhan konsumsi plastik yang cepat di Indonesia turut berkontribusi pada tingginya paparan mikroplastik. Sumber utama mikroplastik di Indonesia meliputi serpihan plastik dari limbah rumah tangga, seperti kemasan plastik dan serat dari pakaian sintetis. Plastik yang tidak terurai ini akan pecah menjadi partikel kecil yang dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui konsumsi makanan laut maupun dari udara yang terkontaminasi
Bagaimana Solusi untuk Mengatasi permasalahan ini?
Permasalahan ini tentunya sangat penting untuk diatasi supaya masyarakat Indonesia bisa terbebas dari berbagai bahaya yang disebabkan oleh mikroplastik. Ada beberapa Solusi untuk mengatasi permasalahan Indonesia sebagai pengguna mikroplastik terbesar di dunia, yaitu:
- Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya daur ulang
- Mendorong penggunaan bahan-bahan alternatif yang lebih berkelanjutan.
- Mengintegrasikan pembelajaran tentang sampah plastik ke dalam kurikulum pendidikan nasional.
Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengubah tantangan ini menjadi sebuah peluang. Kita seharusnya berharap bahwa di masa depan Indonesia tidak dikenal sebagai negara dengan konsumsi mikroplastik tertinggi, tetapi sebagai pelopor dalam mengatasi isu plastik dan melindungi lingkungan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H