"Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini Ku-naungi mereka di mana tidak ada naungab yang lain selain naungan-Ku" (Shalih Muslim)
Pada tahun 1400 silam, di sebuah jazirah arab. Abdullah bin Abu Bakar baru saja melangsungkan sebuah pernikahan dengan Atikah binti Zaid. Atikah adalah seorang wanita yang cantik dan rupawan serta berbudi luhur. Dia adalah seorang wanita yang memiliki akhlak mulia, pemikiran cerdas, dan kedudukan yang tinggi. Tentunya Abdullah sangat mencintai istrinya yang sangat sempurna menurut pandangan manusia.
Pada suatu hari, ayahnya abu bakar kebetulan melewati rumah Abdullah berharap bisa sholat berjamaah bersama-sama dengan anaknya. Akan tetapi, ia membatalkan niatnya untuk mengajak anaknya ketika melihat dari kejauhan anaknya sedang bermesraan dengan istrinya.
Setelah menyelesaikan shalat Abu Bakar kembali melalui rumah Abdullah, betapa geramnya ketika melihat anaknya masih bersendagurau dengan istrinya sebagaimana sebelum beliau menunaikan shalat di masjid. Lalu seketika Abu Bakar langsung memanggil anaknya, dan bertanya "Wahai Abdullah, apakah kamu shalat berjamaah?" Tanpa berhujah panjang lalu beliau berkata. "Wahai Abdullah, Atikah telah melalaikanmu dari kehidupan dan pandangan hidup, malah dia juga telah melupakan kamu dari shalat fardhu, maka ceraikanlah dia!" Demikian perintah Abu Bakar kepada Abdullah.
Tanpa membuat dalih apalagi sampai mencoba bunuh diri. Abdullah terus mengikuti perintah ayahandanya dan menceraikan istri yang cantik dan sangat dicintainya. Subhanallah!
Perintah Abu Bakar adalah ketika mendapati anaknya melalaikan hak Allah. Ketika mendapati anaknya Abdullah terpesona keindahan dunia sehingga menyebabkan semangat juangnya semakin luntur.
Dari cerita di atas, cinta harus dikelola dengan baik, agar cinta itu tidak menimbulkan penyimpangan terutama pada Tuhan kita. Karena sifat cinta itu suci, cinta adalah anugrah dari Allah SWT yang perlu kita jaga kesuciannya. Tujuan dari berumah tangga adalah untuk saling bisa beribadah bersama. Bukan untuk saling menjauh dari sang pencipta.
Saya tidak melarang cinta atau dicintai. Namun, bingkailah cinta itu dengan benar. Tadi dikatakan bahwa cinta itu suci, maka bingkailah dengan hal yang suci juga, yaitu pernikahan dalam tujuan untuk beribadah kepadaNya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan bahwa cinta yang kita bicarakan di sini adalah tentang cinta yang suci. Dari seorang lelaki yang suci, yang tidak menginginkan agama dan kesucian dirinya serta pribadinya menjadi rusak. Dia juga tidak ingin hubungan dia dengan Allah menjadi renggang. Inilah cinta orang-orang salaf yang mulia dan para imam yang terhormat. Inilah Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, salah seorang dari tujuh fuqoha yang jatuh cinta dan ia tidak mengingkarinya. Dia menganggap orang yang mencela cinta adalah orang yang dzalim.
Kenapa kita harus mengendalikan rasa cinta kita kepada lawan jenis? Supaya kita berlebihan dan membuat rasa itu menjadi penyimpangan yang tercela. Menurut Imam Ibnu Al-Jauzi, "Kecintaan, kasih sayang, dan ketertarikan terhadap suatu yang Indah dan memiliki kecocokan tidaklah merupakan hal yang tercela serta tidak perlu dibuang rasa itu. Namun, cinta yang melewati batas ketertarikan dari kecintaan, maka ia akan menguasai akal dan membelokkan pemiliknya kepada hal yang tidak sesuai dengan hikmah yang sesungguhnya, hal inilah yang tercela."
Jadi kita bisa simpulkan masing-masing, jangan terlebihan ya dalam mencintai. Dan cinta adalah ibadah. Maksudnya yaitu, agar dalam mencintai senantiasan beruda beribadah kepada sang Pencipta bukan semakin jauh dengan Pencipta.