Lihat ke Halaman Asli

“Jangan Sebut Saya AHOK, Tapi Basuki”

Diperbarui: 22 Agustus 2015   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

SIMAK di TV-TV nasional nyaris semua mulai tak ada yang menyebut nama ‘Ahok’ tapi Basuki Cahaya Purnama—nama aslinya. Padahal, Ahok sendiri semula menyebut dirinya ‘Ahok’ bukan Basuki. Ini tentu bukan tanpa maksud. Ini adalah jualan yang mirip-mirip seperti seni hypnosis. Hal itu untuk menegaskan “Jangan sebut saya Ahok tapi Basuki.” Teramat jelas diskenarionak bahwa dia ingin menghapus “jejak kulturalnya”—singkatnya dia bukan lagi keturunan ‘Cina’ tapi ‘dikemas’ menjadi asli Indonesia. Dari ‘Ahok ‘ jadi ‘Basuki.’ Jika masih Ahok—sehebat apapun—sikap kerasnya rasanya rakyat sulit menerima dia.

Jurus yang dia tampilkan dengan “marah-marah” menanggapi berbagai hal, boleh jadi benar. Namun lagi-lagi sikap tersebut tak mencerminkan “budaya Indonesia” yang santun, dan ramah. Sikap “keras” Ahok yang belakangan terus ia tampilkan termasuk saat menggusur Kampung Pulo, ia ingin menebalkan “identitas” dirinya tetap “keras dan tegas” meski yang menjadi korbannya orang kecil.

Di tengah “kelesuan” rupiah dan “kegamangan” kabinet “ayo kerja” rasanya, Ahok terus menemukan ruang untuk terus bereksperesi. Sebagian kalangan menilai bahwa tindakan Ahok adalah “ketegasan” dan tidak ‘hipokrit’ meski itu tetap harus dipertanyakan. Apakah ia juga berani menggusur kawasan elit? Tidak hanya daerah miskin di kampung pulo?

Yang pasti Ahok sudah dapat “tanda jadi” dengan menjadi Gubernur—meski ia hanya ketiban ‘pulung’ karena koleganya mendapat ‘pulung’ juga yang lebih besar. Agar supaya dia dapat benar-benar laku “dijual” dan mendapat pembayaran sepenuhnya dia akan berusaha agar semua orang melupakan dan tidak lagi menyebutnya ‘Ahok.’ Jika sebutan itu benar-benar dilupakan, jangan kaget jika suatu ketika ada Buldozer berbaris di depan rumah Anda. Dan beberapa petugasnya berteriak, “Atas nama negara bangunan ini akan digusur karena mengganggu lingkungan.”

mjoharudin@gmail.com

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline