Gagasan dan ide-ide inovatif para pelajar Gen-Z ternyata juga bisa menjadi pijakan awal dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh pelajar SMA Islam Al-Azhar 14 Banyumanik Semarang yakni Anisa Fibria Imbriaksi. Pelajar SMA yang biasa disapa Anisa ini, telah menggagas minyak atsiri kemangi untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegepty L yang dibimbing oleh Dosen Undip Mohamad Endy Yulianto.
Anisa menyampaikan bahwa pemanfaatan bahan-bahan alami kini mulai marak di kalangan masyarakat seiring meningkatnya fenomena resistensi terhadap obat-obatan kimia. Salah satu tanaman obat yang prospektif adalah tanaman kemangi (Ocimum basilicum).
Sampai saat ini, masyarakat pada umumnya memanfaatkan kemangi hanya sebagai lalapan atau sebagai bumbu aromatik dalam masakan. Sementara itu, daun kemangi pada dasarnya dapat disuling dan diambil kandungan minyak atsirinya, tutur Anisa.
Anisa juga menambahkan bahwa minyak kemangi banyak digunakan sebagai bahan campuran pembuatan obat ataupun untuk perawatan tubuh seperti sabun mandi, parfum, body lotion, minyak gosok, permen pelega tenggorokan, dan juga minyak aroma terapi. Minyak kemangi mempunyai kandungan senyawa seperti: linalool, methylclavicol (estragol), 1-8 sineol, eugenol, terpineol, geraniol. Oleh karenanya, komponen-komponen minyak kemangi dapat dikembangkan untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegepty L.
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis. Selama musim hujan banyak air yang menggenang di sungai dan selokan akibatnya penyakit tropis bermunculan yang ditularkan dari beragam nyamuk khususnya nyamuk Aedes aegepty L. Terjadinya peningkatan nyamuk Aedes aegepty L. menyebabkan banyak manusia yang terjangkit penyakit DBD oleh penularan nyamuk Aedes aegepty L, terang Anisa.
Anisa mengungkapkan bahwa penelusuran berbagai metode baru untuk mencegah penularan penyakit oleh nyamuk demam berdarah sangat penting dan lebih dari 200 juta jiwa orang terjangkit demam berdarah dan membunuh 1 juta jiwa perhari. Upaya alternatif pengembangan dengan menggunakan bahan insektisida alami yang bersifat mudah terurai (biodegradable). Hal ini dilakukan karena pemakaian repelan berbahan aktif kimia mempunyai efek samping yang membahayakan kesehatan, seperti penggunaan diethiltholuamida (DEET) yang menimbulkan hypersensitivity pneumonitis.
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai repelan adalah daun kemangi (Ocium basilicum). Produksi minyak daun kemangi sebagai krim pencegah gigitan nyamuk Aedes aegepty L memberikan prospek yang relatif baik karena bahan baku daun kemangi banyak ditemukan di Indonesia, ujar Anisa.
Minyak atsiri merupakan kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Ada beberapa metode yang digunakan untuk memisahkan atau mendapatkan minyak atsiri, antara lain penyulingan (distilasi), ekstraksi dan lain--lain. Produksi krim anti nyamuk sesuai spesifikasi produk SNI dengan bahan kemangi memberikan prospek yang cukup baik karena bahan baku mudah diperoleh, bahkan melimpah ketersediannya di Indonesia, tutup Anisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H