Lihat ke Halaman Asli

Dosen Unwahas Kembangkan Andrographolide Sambiloto Sebagai Obat Malaria

Diperbarui: 27 Februari 2024   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peneliti Unwahas, Dr. Indah Hartati, ST, MT (Dok. pribadi)

Inovasi dan inspirasi para sivitas akademika akan membawa Indonesia menjadi negara maju, bahkan bisa menjadi solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh dosen Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) Semarang yakni Dr. Indah Hartati, ST, MT. Dosen dengan kepakaran bidang Ekstraksi, yang biasa disapa Indah telah mengembangkan berbagai ekstraksi green solvent, diantaranya ekstraksi hidrotopi gelombang mikro untuk produksi Andrographolide dari Sambiloto sebagai Obat Malaria.

Indah menyampaikan bahwa riset bersama Tim Peneliti Laeli Kurniasari, ST, MT, Yance Anas, S.Farm, M.Si., Apt dan Peneliti Vokasi Undip Mohamad Endy Yulianto, ST, MT, dengan skema Riset Terapan telah didanai Ristek. Penelitian bertemakan "Pengembangan Produksi Andrographolide dari Sambiloto (Andrographis paniculata) Melalui Ekstraksi Hidrotropi-Gelombang Mikro", merupakan inovasi Obat Herbal Terstandar (OHT) untuk obat Malaria.

Indah yang memiliki H-index Scopus 6 menjelaskan bahwa pengembangan Obat Herbal Terstandar (OHT) Andrographolide sebagai obat Malaria merupakan salah satu upaya untuk memberikan sumbangsih dalam menyelesaikan permasalahan Bangsa. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya merupakan salah satu tujuan Pembangunan Milenial (MDGs). Malaria, suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium, masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di daerah tropis dan subtropis. Sekitar 300-500 juta penduduk dunia terjangkit penyakit malaria dengan angka kematian mencapai 1,5 - 2,7 juta pertahun (dikutip dari WHO, 2010).

Salah satu pilar utama kebijakan program eliminasi malaria adalah penghentian penggunaan terapi tunggal klorokuin atau pyrimetamin sulfadoxin diganti dengan penggunaan terapi kombinasi berbasis artemisinin (ATC). Dasar kebijakan tersebut adalah fakta berkembangnya resistensi Plasmodium terhadap klorokuin dan pyrimetamin sulfadoxin. ATC merupakan pengobatan malaria menggunakan kombinasi obat anti malaria dengan artemisinin atau derivatnya., terang Indah.

ATC dipandang sebagai langkah terbaik dalam pengobatan malaria saat ini. Keuntungan dari penggunaan ATC antara lain efektifitas penanggulangan malaria meningkat, efikasi yang tinggi dalam menghilangkan simptom malaria, belum ada laporan resistensi artemisinin, memperlambat perkembangan dan penyebaran resistensi, serta efek artemisinin terhadap gametosit dapat menghambat penularan malaria didaerah tingkat transmisi rendah dan sedang. Namun demikian ATC memiliki kelemahan yakni harga obat yang mencapai 10-20 kali lebih mahal. Hal tersebut dapat diatasi dengan pengupayaan produksi senyawa anti malaria yang berasal dari keragaman hayati nusantara, diantaranya senyawa anti malaria andrographolide dari sambiloto (Andrographis paniculata), papar Indah.

Indan mengungkapkan, bahwa selama ini faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak bahan alam adalah prosedur pengambilan senyawa aktif. Beberapa prosedur ekstraksi konvensional yang telah diterapkan dalam ekstraksi andrographolide memiliki kelemahan diantaranya: maserasi dan ekstraksi solvent mengakibatkan terjadinya degradasi thermal andrographolide, degradasi andrographolide akibat reaksi esterifikasi dan meninggalkan residu pelarut yang bersifat toksik, ekstraksi superkritis andrographolide memerlukan biaya produksi yang besar guna mencapai kondisi operasi yang diinginkan dan biaya peralatan yang mahal, ekstraksi enzimatis andrographolide dibatasi oleh harga enzim yang mahal, enzim tidak bisa digunakan berulang dan waktu operasi yang lama.

Proses ekstraksi andrographolide yang tepat adalah ekstraksi dengan kriteria sebagai berikut: tidak menggunakan pelarut seperti alkohol dan bersuasana basa karena andrographolide akan teresterifikasi dan tidak ada residu pelarut; proses ekstraksi dengan menggunakan medium air sehingga meminimalkan biaya produksi; proses ekstraksi dengan kondisi sistem pemanasan yang dapat menghindarkan terjadinya degradasi termal andrographolide; proses ekstraksi yang tidak berbiaya produksi tinggi seperti pada ekstraksi superkritis maupun ekstraksi enzimatis; dan penggunaan pelarut yang dapat di recycle dan digunakan kembali. Proses ekstraksi yang memenuhi kriteria tersebut diatas adalah ekstraksi hidrotopi dengan pemanasan gelombang mikro, jelas Indah.

Pabrikasi Ekstraktor Green Solvent (Dok. pribadi)

Tim peneliti berharap akan dihasilkan obat terapi kombinasi andrographolide-artemisinin dari dalam negeri sehingga akan mendukung program elimininasi malaria serta mendukung program Pembangunan Milenial. Aplikasi teknik ekstraksi hidrotopi-gelombang mikro akan mempercepat tumbuhnya industri penghasil dan pengolah ekstrak sambiloto dan pada akhirnya akan mempercepat produksi obat anti malaria dalam negeri serta meningkatkan kemandirian bangsa dalam pemenuhan kebutuhan produk farmasi. Pemanfaatan hasil riset ini akan berdampak positif bagi masyarakat dan industri. seperti petani sambiloto akan menikmati harga jual sambiloto yang lebih tinggi dari harga saat ini apabila inventivitas diversifikasi pemanfaatan tanaman sambiloto berkembang, dan aplikasi teknik ekstraksi yang lebih murah dan efisien ini diharapkan akan menjadi daya tarik bagi industri farmasi untuk mengkomersialisasikan teknologi ini guna produksi obat (OHT) anti malaria. Aplikasi teknologi yang lebih murah diharapkan dapat menghasilkan margin keuntungan yang lebih tinggi, tutup Indah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline