Di zaman sekarang, dunia semakin terhubung satu sama lain. Dengan kemajuan teknologi, perdagangan internasional, dan berbagai kerjasama antarnegara, interaksi global semakin kompleks. Dalam situasi seperti ini, menjaga kedaulatan atau kekuasaan negara atas dirinya sendiri menjadi sangat penting. Salah satu cara negara melindungi kedaulatan itu adalah dengan prinsip yang disebut imunitas negara.
Imunitas negara adalah aturan yang mengatakan bahwa negara tidak bisa sembarangan digugat atau dibawa ke pengadilan negara lain. Jadi, kalau sebuah negara melakukan sesuatu yang dianggap salah oleh negara lain, negara yang bersangkutan tidak langsung bisa dituntut di pengadilan internasional, kecuali dalam kondisi tertentu. Tujuannya? Agar negara tetap bisa menjaga kedaulatan dan tidak mudah diintervensi oleh negara lain yang mungkin punya kepentingan tertentu.
Namun, di tengah perkembangan dunia yang semakin cepat, imunitas negara juga tidak lepas dari tantangan. Salah satu masalah yang sering muncul adalah apakah negara harus tetap dilindungi imunitasnya jika ternyata mereka melakukan pelanggaran berat, seperti pelanggaran hak asasi manusia? Misalnya, bagaimana kalau sebuah negara besar melakukan kejahatan perang atau menindas rakyatnya sendiri? Apakah imunitas negara masih bisa diterima dalam situasi seperti itu?
Kita bisa lihat beberapa kasus di mana negara besar memakai imunitas sebagai alasan untuk menghindari tanggung jawab atas tindakan mereka. Ini menjadi masalah, terutama di dunia internasional, di mana banyak negara saling berhubungan dan harus bekerja sama. Dalam beberapa situasi, seperti menghadapi ancaman global (misalnya perubahan iklim atau pandemi), negara-negara harus bergandengan tangan untuk mengatasinya. Kalau imunitas negara diterapkan tanpa batas, negara bisa saja menghindari tanggung jawab atas tindakan yang merugikan negara lain.
Namun, meskipun ada tantangan-tantangan ini, imunitas negara tetap penting. Tanpa prinsip ini, negara bisa saja jadi rentan terhadap campur tangan negara lain yang bisa merusak sistem hukum dan politik di negara tersebut. Imunitas negara juga memberikan perlindungan bagi negara-negara kecil atau berkembang, yang mungkin tidak bisa melawan tekanan dari negara besar.
Tentunya, imunitas negara tidak bisa diterapkan begitu saja tanpa melihat konteksnya. Kalau sebuah negara melakukan pelanggaran serius yang jelas-jelas merugikan orang banyak, negara itu tetap harus bertanggung jawab. Prinsip imunitas bisa diterapkan, tapi tetap dengan batasan yang jelas, terutama untuk kasus-kasus yang melibatkan pelanggaran hak asasi manusia atau kejahatan perang.
Jadi, imunitas negara memang penting untuk menjaga kedaulatan suatu negara, tapi juga perlu dipertimbangkan secara bijak. Negara tidak bisa sembarangan menggunakan imunitasnya untuk menghindari tanggung jawab, terutama ketika mereka sudah melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Dalam dunia yang semakin terhubung ini, diperlukan pendekatan yang seimbang agar imunitas negara tetap melindungi negara, tapi juga memastikan bahwa hak asasi manusia dan perdamaian dunia tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H