Lihat ke Halaman Asli

mohamad bajuri

Seorang guru bloger

Boleh Bersamanya, Asal...

Diperbarui: 11 November 2022   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika anak-anak memasuki masa remaja, perkembangan psikologinya juga mulai menglami kemajuan. Yang tadinya memiliki cinta hanya dengan keluarga dan teman, kini mulai timbul hasrat untuk dekat dengan lawan jenis. Perhatian dan kesenangan mulai terpecah dengan adanya makhluk baru itu.

Makhluk baru begitulah istilahnya. Dia yang hadir menyelinap dalam bilik pikiran dan perasaaan anak remaja. Sosoknya bisa menyita begitu banyak waktu dan perhatian. Bahkan bisa mengalami sakit dan stress gegara ada masalah dengan dia.

Yah, dialah teman baru anak kita. Pacar. Dialah yang sudah mencuri perhatian dan waktu anak kita. Akhirnya perhatian kepada orang tua berkurang. Komunikasi dengan orang tua juga mengalami penurunan intensitas.

Nah bagaimana kita sebagai orang tua bersikap terhadap anak sendiri yang mulai tertarik dengan lawan jenis? 

Pertama kita sebagai orang tua merasa bersyukur bahwa anak kita tumbuh menjadi anak yang normal. Anak yang kita sayangi selama ini tidak mengalami disorientasi seksualitas. Normal, laki-laki tertarik dengan perempuan dan sebaliknya. Normal secara seksual. 

Kedua, sebagai orang tua harus meiliki rambu-rambu yang jelas dan mudah diterima bagi anak ketika anak memutuskan untuk dekat dengan lawan jenis.

Nah rambu-rambu yang bagaimana yang bisa membuat orang tua nyaman dan anak juga merasa tidak terkekang. Ini sangat penting bagi perkembangan psikologis anak. Mengingat ketika kita melarang anak untuk dengan lawan jenis, malah yang terjadi adalah hal buruk yang sangat merugikan.

Bisa jadi ketika anak dilarang untuk dekat dengan lawan jenis mereka main jalan belakang. Di hadapan orang tua mereka seolah taat, namun mereka mencari waktu untuk pacaran. 

Bahanya adalah mereka bisa kebablasan dalam pacaran. Artinya bahwa ketika mereka dilarang justru mereka akan melampiskannya secara sembunyi dengan melebihi batas-batas aturan orang berpacaran.

Rambu-rambunya adalah orang tua harus tahu dengan persis teman barunya. Saya pernah memberlakukan hal ini dengan anak sulung.

Orang tua harus kenal dengan teman wanitanya. Latar belakang orang tua juga harus jelas. Hal ini untuk memastikan bahwa teman anak kita adalah dari keturunan orang baik. Dan tak jarang pula saya mengajak ketemuan hanya untuk sekedar mengobrol dengan teman dekat anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline