Lihat ke Halaman Asli

mohamad bajuri

Seorang guru bloger

Di Bawah Terang Bulan

Diperbarui: 23 Juni 2022   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar bulan.  Dokpri

Hadirnya bulan pada malam hari sangat lah ditunggu saat dulu aku masih kanak-kanak.  Bulan menjadi penerang satu-satunya di luar rumah saat kami bermain. 

Sehabis mengaji kami pulang sebentar ke rumah hanya sekedar mengembalikan peci atau pun minum. Kalau ada makanan ringan yang tersedia di makan.  Kalau tak ada ya apa boleh buat,  minum air putih pun cukup. 

Setelah itu kami pamit orang tua untuk bermain.  Kawan-kawan sudah menunggu di pelataran rumah uwak Kaum. 

Kawan yang bermain biasanya yang rumahnya berdekatan saja.  Kalau dihitung sekitar kurang dari dua puluh anak. Laki-laki dan perempuan kumpul untuk bermain. 

Permainan tradisional favoritnya botolan.  Mungkin di lain daerah ada yang menamakan betengan,  dung dungan atau istilah yang lain lagi. 

Intinya kami dibagi menjadi dua tim yang bertanding.  Untuk menentukan tim kami harus sut dulu.  Menang dengan menang, kalah dengan kalah. 

Ada rumah atau benteng yang harus dijaga.  Kesatuan dan kesolidan sebuah tim sangat menentukan dalam meraih kemenangan. 

Ada yang mengatur siapa yang harus tunggu benteng,  siapa yang menjadi umpan,  dan siapa yang mengejar.  Ada juga yang ditugasi untuk mendududki benteng lawan dengan diam diam. 

Pemain yang maju terlebih dulu bila disentuh oleh pemain lawan yang keluar bentengnya setelahnya maka menjadi tawanan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline