Orang melalukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan melakukan transaksi jual beli di toko, mall, pasaar, mini market, super maket, warung, resto dan lain sebagainya. Tergantung pada selera dan kemampuan masing-masing orang. Ada orang yang suka berbelanja cukup di warung tetangga saja. Tidak perlu mengeluarkan banyak waktu dan biaya, namun kebutuhan terpenuhi.
Sebagian orang kaya memilih berbelanja di supermarket atau mall yang besar. Banyak alasan orang dalam menentukan tempat belanja. Alasan kualitas barang yang diinginkan biasanya menjadi alasan utama. Kebersihan tempat juga menjadi alasan yang cukup kuat untuk memilih tempat belanja. Jauh dekatnya tempat belanja dari rumah juga menjadi alasan yang dominan bagi seseorang. Banyak alasan bagi seseorang untuk memilih tempat belanja.
Warung Gaib mungkinkah ada? Sekilas bila mendengar kata gaib akan selalu berkaitan dengan hal-hal mistis, dunia supranatural. Apakah warungnya hanya muncul saat malam tiba? Di daerah mana? Siapa yang menjual? Siapa yang membeli? Belinya pakai apa? Mungkinkah belinya pakai daun atau pecahan genting? Begitulah kemungkinan berbagai pertanyaan yang muncul saat mendengar kata warung gaib.
Lah terus warug gaib itu apa? Jangan buat penasaran dong? Baiklah pembaca, sabar yaaaa. Warung gaib itu hanya istilah saja. Warungnya tidak berujud seperti layaknya warung pada umumnya. Bukan seperti bangunan warteg, mall, ataupun pasar. Tidak ada bangunan yang menjadi lokasi jual beli di warung gaib. Transaksinya pun tidak seperti jual pada umumnya.
Warung gaib yang dimaksud di sini adalah transaksi jual beli yang dilakukan oleh manusia dengan Tuhan. Tuhan menawarkan kepada manusia untuk melakukan perdagangan dengan Tuhan. Dengan apa manusia melakukan perdagangan dengan Tuhan? Dengan melakukan laku. Laku yang dimaksud di sini adalah dengan melakukan laku kebajikan.
Laku kebajikan mengandung pengertian banyak sekali. Setiap amal perbuatan manusia yang memiliki nilai kebaikan, kebajikan itu adalah laku kebajikan. Dengan laku kebajikan itulah manusia pada dasarnya sedang melakukan transaksi jual beli, atau perdagangan dengan Tuhan.
Memang Tuhan menciptakan nasib manusia tidak sama. Ada perbedaan kaya dan miskin, perbedaan pangkat derajat, perbedaan pekerjaan dan sebagainya. Banyak hikmah dari perbedaan nasib manusia. Coba bayangkan seandainya manusia ditakdirkan menjadi manusia kaya semua. Mungkin kehidupan berjalan tidak normal. Kok bisa?
Andaikan manusia terlahir dengan nasib kaya semua, maka tidak ada pembantu, tidak ada sopir, tidak ada penyapu jalan. Tidak ada orang yang bersedia untuk melakukan aktivitas yang berat- berat. Tidak ada orang yang menerima zakat atau sedekah, karena sudah kaya. Mungkin juga tidak ada orang yang menjadi pelayan di toko. Untuk apa bekerja menjadi pelayan di toko, sementara kekayaanya sudah mencukupi semua kebutuhannya.
Ketika ada fakir miskin di lingkungan sekitar, itulah ladang untuk melakukan perdagangan dengan Tuhan. Barang siapa yang peduli dengan nasib fakir miskin itu pada dasarnya sedang melakukan jual beli dengan Tuhan. Transaksinya cukup dengan memberikan sebagian harta yang dimiliki diberikan kepada orang yang membutuhkan (fakir miskin).