Lihat ke Halaman Asli

π™”π™–π™’π™žπ™£ π™ˆπ™€π™π™–π™’π™–π™™

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Kampoeng Baca Pelangi Narmada, Anak-anak Punk dan Hikmah di Balik Gempa

Diperbarui: 31 Januari 2025 Β  08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berpoto bersama di depan Perpustakaan Kampoeng Baca Pelangi Narmada (Sumber Ahyar Zaki)

Sabtu, 25 Januari 2025, saya dan beberapa guru mendampingi sekitar 40-an orang siswa untuk melakukan kunjungan ke sebuah tempat yang dikenal dengan Kampoeng Baca Pelangi (KBP). KBP merupakan semacam pusat belajar masyarakat yang terletak di Dusun Merca Timur, Desa Selat, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, NTB.Β 

Pagi menjelang siang, dua unit mini bus yang membawa anak-anak tiba di lokasi Kampoeng Baca Pelangi. Melewati salah satu pintu masuk Dusun Merca Timur akan terlihat tembok pembatas pekarangan warga dengan lukisan mural. β€œKampoeng Baca”, demikian sebuah tulisan dengan ejaan Soewandi menghiasi sisi sebuah dinding.

Masih pada dinding yang sama, di sudut lengkungnya terlihat jelas lukisan seorang anak tengah duduk di atas tumpukan buku. Anak itu diilustrasikan sedang membaca dengan wajah serius.Β 

Pada sisi lain dinding dalam bingkai yang sama, tertera kata β€œBACA” yang ditulis dengan huruf kapital. Dimensi huruf dibuat dengan skala jumbo sehingga mendominasi permukaan dinding. Mural itu digenapkan dengan lukisan seorang tokoh besar dalam sejarah yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara.

Berjarak beberapa puluh meter dari mural itu terlihat rumah dengan tembok halaman yang juga penuh dengan mural dengan pesan pendidikan. Rumah yang menjadi pusat kegiatan KBP itu merupakan milik seorang ayah muda dengan tiga anak kembar. Dia adalah Taufik Mawardi, sehari-hari Β berprofesi sebagai dosen pada sebuah perguruan tinggi di Mataram.

Taufik (Opik panggilan akrabnya) menyulap sisi depan rumah kecilnya menjadi sebuah perpustakaan terbuka. Di perpustakaan itu terdapat ribuan koleksi buku tersusun rapi pada rak-rak yang tersedia. Buku itu sebagian besar terdiri dari bacaan anak-anak.

Di teras kecil itulah anak-anak setempat bermain dengan buku, mendengarkan dongeng, bercerita, berpuisi, menggambar, atau bernyanyi.

Sesekali di teras kecil atau di tempat lain Opik melakukan diskusi serius bersama β€œwarga” kampung kecilnya tentang seni, bahasa, sastra, budaya, dan tema-tema lainnya.

Kedatangan kami disambut Opik bersama beberapa temannya dengan wajah sumringah. Ayah muda dengan rambut agak gondrong itu menunjukkan kesan yang ramah dan bersahabat.

Dalam kunjungan itu siswa diberikan kebebasan untuk memilih dan membaca buku-buku yang tersedia di perpustakaan Kampoeng Baca Pelangi (KBP).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline