Sebuah nomor baru menghubungi saya beberapa kali pagi itu. Saya tidak menjawab panggilannya karena handphone memang saya setting dalam keadaan bisu. Saya baru tahu setelah membuka handphone.Β
Saat mengetahui panggilan tersebut saya jadi ingat ketika saya juga kerap mengalami hal yang sama ketika menghubungi seseorang. Betapa tidak menyenangkannya saat dalam situasi penting kita tidak dapat menghubungi seseorang.Β
Perasaan itu mendorong saya menghubunginya. Saya mencoba memanggil balik pemilik nomor yang bersangkutan. Dalam satu sampai dua tarikan napas dia menerima panggilan saya. Seorang perempuan mengucapkan salam dan menyebutkan namanya. Ya, saya ingat nama itu. Kami kerap bertemu kalau saya berkunjung ke sekolahnya. Kepala sekolahnya merupakan teman dekat saya.Β
"Apa kabar?" saya bertanya membuka percakapan basa-basi sebagai bentuk keakraban.
"Alhamdulillah. Baik, Pak."
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Ini, Pak. Saya kan ada undangan untuk mengikuti PPG."
Dengan menyebut PPG saya mengerti bahwa itu Pendidikan Profesi Guru--sebuah proses pendidikan profesi yang harus dijalani guru untuk mendapatkan sertifikat pendidik.
"Wah selamat, ya," saya memberikan apresiasi. "Terus? Apa yang bisa saya bantu?" saya mengulang pertanyaan sebelumnya.Β
"Itu dia Pak. Saya perlu bantuan untuk menyelesaikan tugas-tugas PPG itu. Sama siapa lagi saya harus minta tolong. Pokoknya berapapun biayanya saya siap Pak."