Lihat ke Halaman Asli

π™”π™–π™’π™žπ™£ π™ˆπ™€π™π™–π™’π™–π™™

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Smartphone adalah Candu, Sebuah Kekhawatiran

Diperbarui: 19 Agustus 2024 Β  17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ponsel dengan jaringan seluler untuk mengakses internet (SHUTTERSTOCK/NUCHYLEE via Kompas)

"Smartphone adalah candu." Pernyataan ini bisa benar tetapi bisa juga mengandung kesalahan. Nilai kebenarannya bersifat situasional, sangat tergantung pada cara seseorang menggunakannya dan situasi atau keadaan yang dihadapinya.

Dewasa ini kehadiran gawai jenis smartphone atau ponsel pintar bagi banyak orang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dilansir dari laman Investor, di Indonesia saja pengguna ponsel pintar telah mencapai sekitar 190 juta orang sampai akhir 2023.Β 

Sementara secara global penggunanya mencapai 7,2 miliar pada kuartal pertama tahun 2024. InI berarti lebih dari 80% dari 8.9 miliar penduduk bumi memiliki smartphone. (Sindonews, 16/07/2024).

Banyak kelompok profesi yang tidak dapat melepaskan diri dari smartphone. Para pelaku bisnis, jurnalis, dokter, polisi, guru, sampai kang ojol hampir tidak dapat bekerja ketika tidak didampingi smartphone. Kelompok ini secara umum menempatkan smartphone sebagai alat bantu dalam menjalani profesinya. Namun harus diakui sebagian dari mereka juga banyak menggunakannya untuk mengakses media sosial yang kerap dipandang sebagai pengalih perhatian dari kehidupan nyata.

Cukup beralasan pula jika smartphone dipahami sebagai candu. Di luar penggunaannya sebagai alat bantu dalam bekerja, banyak pula orang yang mengalami kesulitan terlepas dari ponsel pintar.Β 

Gejala kecanduanΒ ditandai dengan kegelisahan saat kehilangan jaringan internet atau kehabisan baterai. Gejala lainnya ditunjukkan oleh kecenderungan seseorang mengabaikan aktivitas lain dan memilih bermain ponsel. Mereka kesulitan fokus dalam percakapan dan menyelesaikan pekerjaan, terkekang media sosial, dan menjadi penyendiri dalam keramaian dunia nyata.Β 

𝙏π™ͺπ™ π™–π™£π™œ 𝙆π™ͺπ™£π™˜π™ž 𝙙𝙖𝙣 π™‰π™šπ™©π™§π™–π™‘π™žπ™©π™–π™¨Β π™π™šπ™ π™£π™€π™‘π™€π™œπ™ž

Dua minggu yang lalu saya kehilangan kunci motor. Sayapun mendatangi tukang kunci untuk membuat duplikatnya agar sepeda motor bisa dihidupkan. Hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 lima menit tukang kunci itu sudah berhasil membuat duplikatnya.

Inti pembuatan kunci di atas bukan terletak pada kecepatan membuatnya. Hal yang penting dari keterampilan tukang kunci itu terletak pada pemanfaatan keterampilan sebagai sumber penghasilan.

Dengan mengandalkan keahlian dan perangkat sederhana yang dibutuhkan tukang kunci itu memilih membuka jasa pembuatan kunci untuk menafkahi keluarganya agar tetap dapat bertahan hidup.

Di sudut yang berbeda sejumlah orang harus berurusan dengan hukum karena menggunakan keahlian yang sama untuk tujuan yang salah. Dengan keahlian serupa mereka melakukan pembobolan toko, pencurian sepeda motor, atau aksi kejahatan lainnya.Β 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline