Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Saya (Pernah) Hobi Membaca

Diperbarui: 21 Juli 2024   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak sedang membaca (Sumber Freepik Via Kompas)

Hobi pada umumnya dimaknai sebagai kegemaran. Kegemaran itu sendiri identik dengan rasa suka untuk melakukan sesuatu. Hobi sebagai kegemaran dalam hal ini tentu lebih mengarah kepada upaya mengisi waktu senggang dengan sesuatu yang bersifat positif. Banyak kegiatan yang dapat dijadikan hobi yang bermanfaat.

Setiap orang memiliki hobi. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar saya hobi membaca. Hobi membaca saat itu tumbuh karena dunia anak-anak tidak mengenal teknologi digital. Bahkan televisi masih menjadi barang mewah. Maka tidak ada pengalih perhatian dunia bermain anak-anak selain buku.

Buku bacaan yang ada di sekolah sebagian besar pernah saya baca. Saya merasa beruntung saat itu memiliki akses yang cukup besar untuk bersentuhan dengan buku-buku bacaan di sekolah. Mungkin ini terdengar nepotisme. Posisi paman saya sebagai kepala sekolah memberikan saya kebebasan untuk keluar masuk ruang penyimpanan buku-buku koleksi sekolah saat itu. 

Buku-buku itu diletakkan di ruang kantor karena tidak ada ruang perpustakaan khusus. Sebagai keponakan kepala sekolah saya memiliki sedikit kebebasan tinimbang siswa lain untuk keluar masuk kantor sehingga leluasa memilih buku yang saya sukai.

Saat naik kelas 4, sekolah saya mengalami perbaikan dan penambahan ruang belajar secara total. Kondisi itu membuat tempat belajar dipindahkan sementara ke kampung di mana dan kepala saya tinggal agar kegiatan belajar tetap dapat dilakukan. Siswa belajar di surau, rumah kepala sekolah, rumah penduduk, atau di bawah pundutan (lumbung padi). Hampir setahun kegiatan belajar dilaksanakan di tempat sementara.

Perpindahan sementara itu membuat semua peralatan pendukung untuk belajar juga ikut dipindahkan. Kami bahu-membahu bergotong royong memindahkan bangku, meja, papan tulis, lemari, buku-buku pelajaran, dan buku bacaan.

Sebagian buku-buku itu disimpan di rumah kepala sekolah, paman saya. Ini memberikan saya akses yang lebih besar lagi untuk membaca buku-buku yang saya sukai. 

Buku cerita merupakan bacaan yang paling saya gemari. Saya tidak ingat persis apa saja judul buku-buku itu. Saya hanya ingat bahwa kisah-kisah pahlawan cilik menjadi salah satu tema favorit saya. Tokoh-tokoh dalam cerita itu membuat pikiran kanak-kanak saya berimajinasi. Kadang saya menemukan tokoh anak-anak yang digambarkan memiliki kesaktian dan mampu mengalahkan seorang penjahat.

Pada saat yang berbeda saya menemukan tokoh anak-anak yang dalam sebuah legenda yang terpisah dari orang tuanya dan dipelihara oleh seseorang yang memiliki kesaktian tertentu. Setelah besar anak-anak itu tumbuh menjadi pendekar yang disegani.

Selepas SD saya kehilangan hobi membaca hingga sekarang. Namun masih lekat dalam ingatan saya bahwa saat membaca cerita-cerita itu, saya kerap membayangkan diri sebagai seseorang yang memiliki kemampuan terbang, dapat mengangkat batu besar, atau memindahkan gunung sehingga disegani orang-orang jahat. Saya kerap berimajinasi sebagai pahlawan dengan kekuatan super yang suka menolong orang-orang tertindas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline