Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

1000 Dulang dalam Gebyar Sekolah Penggerak Lombok Timur (Sebuah Refleksi)

Diperbarui: 28 Mei 2024   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswa dan Walimurid pengusung dulang (Dokumentasi Pribadi)

Pagi yang hangat, sehangat tangan dibenamkan di antara dua paha saat musim dingin. Matahari pukul delapan pagi terasa ramah menyapa Taman Rinjani Selong, Lombok Timur, Kamis, 16 Mei 2024.


Tabuh pasukan gendang beleq bertalu-talu di barisan terdepan. Pemainnya terdiri dari siswa SDN 1 Sepapan di Lombok Timur. Gendang beleq merupakan seni musik tradisional masyarakat Sasak yang konon paling dibanggakan. Disebut gendang beleq (gendang besar: Sasak) karena biasanya pemain paling menonjol terdiri dari penabuh gendang berukuran besar. Mereka biasanya berada di barisan terdepan mengusung alat musik pukul tersebut.

Masih dalam barisan gendang beleq, ada pemain cemprang, rincik, petuk (gong berukuran kecil), dan gong. Tiupan pereret (seruling) melengking menyatu dalam harmoni yang dihasilkan berbagai instrumen penghasil irama dari aksi para penabuh.

Berdiri di barisan terdepan, aksi para penabuh gendang beleq itu sekaligus memimpin parade Sekolah Penggerak Lombok Timur 2024. Parade itu tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan bertajuk Gebyar Sekolah Penggerak Angkatan I Lombok Timur.

Di belakang barisan gendang beleq ada barisan siswa berseragam Pramuka dan sekelompok siswa dengan kostum bela diri. Lebih ke belakang lagi tampak mengular barisan panjang siswa perempuan mengenakan busana tradisional Sasak. Pakaian ini berupa baju hitam tanpa lengan dengan kerah bentuk huruf "V". Bawahannya disebut bendang, terbuat dari kain dengan motif khas Suku Sasak yang dililitkan menutupi pinggang hingga pergelangan kaki. Dengan pakaian adat para siswa SD dan SMP menjunjung dulang di kepalanya. 

Di sela-sela pengusung dulang ikut pula siswa laki-laki, guru pendamping, komite, dan wali murid yang juga mengenakan pakaian tradisional. 

Diperkirakan seribu dulang dengan tebolak beak (tudung saji berwarna merah) sebagai penutupnya. Tidak saja siswa, beberapa sekolah berkolaborasi dengan ibu-ibu wali murid membawa dulang. Mereka bergabung bersama siswa dalam parade itu.

Dulang dalam tradisi masyarakat Sasak merupakan nampan untuk menyajikan makanan. Sajiannya bisa berupa nasi dan berbagai jenis masakan dengan bahan daging dan sayuran. Dulang juga berisi jajanan tradisional, atau buah-buahan. 

Dulang dapat ditemukan dalam berbagai kegiatan dan ritual budaya dan keagamaan. Masyarakat Sasak, sebagaimana komunitas pada umumnya, memiliki kegiatan budaya, seperti, acara begawe (pesta) nikah, sunatan, syukuran, atau gotong royong. Kegiatan-kegiatan itu identik dengan dulang dan isinya.

Dalam hari-hari besar keagamaan dulang juga menjadi bagian yang tak terpisahkan, seperti, Idulfitri, Iduladha, Maulidan, acara zikir (doa) bersama saat musibah kematian, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline