Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Parade Ogoh-ogoh Jelang Ramadan dan Toleransi Umat Beragama di Lombok

Diperbarui: 12 Maret 2024   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parade ogoh-ogoh di Kota Mataram yang diselenggarakan umat Hindu berlangsung meriah, Minggu, 10/3/2024. (Sumber: TRIBUNLOMBOK.COM/LAELATUNNI'A)

Lombok dikenal dengan banyaknya bangunan masjid yang bertebaran di berbagai tempat. Di setiap desa minimal ada satu bangunan masjid. Di Desa saya ada lima masjid yang dijadikan tempat ibadah shalat Jumat. Belum lagi mushalla atau surau di setiap gubuk atau kampung. Di sepanjang jalan, tempat shalat berupa masjid atau surau dapat ditemukan. Anda tidak perlu bingung untuk menunaikan shalat jika melakukan perjalanan keliling Lombok

Keberadaan masjid yang begitu banyak membuat Lombok dijuluki pulau 1000 masjid. Julukan ini bisa jadi memberikan kesan betapa religius dan fanatiknya masyarakat Sasak terhadap Islam agama yang dianutnya. Fanatik tentu saja diperlukan karena menjadi pondasi dasar seseorang dalam beragama sehingga benar-benar dapat menghayati ajaran agama yang diyakininya.

Namun, dibalik kesan itu Anda akan menemukan betapa tingginya toleransi umat Islam masyarakat Sasak. Fanatik beragama dalam masyarakat Sasak tentu bukanlah fanatik buta yang dapat memicu intoleransi.

Masyarakat Sasak tetap memegang teguh larangan Allah SWT untuk mencela agama lain yang tertuang dalam Al-Qur'an.

“Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah karena mereka pasti akan memaki Allah dengan melampaui batas… “(QS.Al an’Am:108)

Ayat di atas menunjukkan hubungan yang erat dengan keyakinan orang lain sekaligus menjelaskan bahwa betapa Islam melarang umatnya untuk mencela seseorang karena perbedaan keyakinan.  Inilah yang menjadi pedoman sehingga terciptanya harmoni kehidupan beragama.

Klaim bahwa betapa kentalnya nuansa toleransi dalam kehidupan beragama masyarakat Sasak dapat dibuktikan dengan keberagaman keyakinan yang berkembang. Di tengah mayoritas Muslim di Lombok, ada minoritas Hindu sebagai umat terbesar kedua yang hidup berdampingan sejak berabad secara damai. Kedua agama itu telah lama hidup berbaur dalam harmoni. 

Memang benar bahwa selalu ada potensi konflik dalam keberagaman. Namun sejauh ini tidak terlalu signifikan mengingat masyarakat dan pemerintah selalu berupaya untuk meredam setiap potensi perpecahan.

Memasuki wilayah Lombok Barat, Kota mataram, atau Lombok Utara, sudah menjadi pemandangan biasa umat Hindu mondar mandir di jalanan dengan pakaian adat yang digunakan ke pura untuk beribadah dan hari-hari besar lainnya. 

Sejumlah pura peninggalan agama Hindu juga masih terawat dengan baik dan tetap berfungsi sebagai pusat persembahyangan. Pura Narmada, Pura Mayura (Meru), Pura Lingsar, Pura Suranadi, dan sejumlah pura lainnya merupakan tempat suci umat Hindu yang telah menjadi bagian dari khazanah keagamaan dan budaya di Lombok. 

Pura Meru, yang terletak di Taman Mayura Cakranegara, merupakan bangunan suci umat Hindu yang diklaim sebagai pura terbesar dan tertua di Lombok. Pura Meru memiliki arsitektur yang cukup unik berupa meru dengan atap bertingkat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline