Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Sambut Ramadan dengan 1001 Tebolak Beak dan Makan Gratis

Diperbarui: 9 Maret 2024   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ritual menyambut Ramadan dengan 1001 tebolak beak (tribunlombok.com/AHMAD WAWAN SUGANDIKA)

Ramadan merupakan bulan yang sangat dinantikan umat Islam. Bulan ini diyakini sebagai bulan penuh berkah. Umat Islam percaya bahwa Ramadan memberikan kebaikan yang berlipat ganda bagi mereka yang menjalankan perintah-Nya untuk puasa dengan ikhlas dan sungguh-sungguh. Keyakinan paling populer adalah bahwa bulan suci ini merupakan bulan paling mulia di antara bulan-bulan lainnya.

Keyakinan tersebut mendorong kaum Muslim di Nusantara, khususnya, melahirkan tradisi penyambutan kedatangan Ramadan dengan beragam cara di berbagai daerah.

Tradisi ini berkembang menjadi kekayaan budaya Nusantara yang tidak saja memiliki nilai religius dan spiritual tetapi juga nilai sosial budaya yang penting sebagai ciri khas Nusantara di setiap daerah.

Dikutip dari berbagai sumber, di Aceh ada Meugang atau Mak Meugeng, tradisi menyembelih sapi, kerbau, atau kambing menjelang Ramadan, Idul Fitri, idul Adha.

Daging sembelihan itu kemudian dimasak dan dihidangkan secara bersama-sama. Di Jakarta (Betawi) ada Nyorog, Tabuh Bedug di Jawa tengah, atau Beli Emas di Jawa Timur.

Masyarakat Sasak, sebagai penganut mayoritas Islam, juga memiliki tradisi menyambut Ramadan dengan caranya sendiri. Tradisi itu telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Sasak yang telah ada selama berabad-abad.

Roah Topat, Roah Kebian, dan Roah Tebolak Beak

Rabu, 06 Maret 2024, siang menjelang sore, jalan kecil itu menjadi berubah menjadi merah menyala. Kontras dengan hijau persawahan yang menghampari alam di sekitarnya, warna merah itu bergerak perlahan menutupi jalan menuju pemakaman. Bukan karpet tetapi dulang yang ditutup dengan tebolak beak.

Dalam masyarakat Sasak tradisional, dulang dikenal sebagai baki atau nampan dari kayu dengan kaki yang agak tinggi untuk menyajikan makanan dalam acara pesta.

Tebolak dalam bahasa Sasak berarti tudung saji, sedangkan beak berarti merah. Tebolak beak merupakan tudung saji berwarna merah yang terbuat dari daun lontar, berfungsi sebagai penutup makanan untuk melindungi makanan agar tidak terkena debu, kotoran, atau kerumunan lalat dan serangga lainnya. 

Dulang dengan penutup tebolak beak itu dibawa barisan para perempuan menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Batu Ngereng, Dusun Gelanggang Bowoh, Desa Gelanggang, Sakra Timur. Apa yang dilakukan kelompok perempuan itu merupakan ritual menyambut bulan suci Ramadan yang dikenal dengan istilah roah tebolak beak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline