Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

"Belangar", Beras Mahal, Rasa Empati Tidak Boleh Padam

Diperbarui: 24 Februari 2024   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski harga beras mahal, tetapi rasa empati tidak boleh padam (Sumber Ilustrasi: Freepik)

Dua orang siswa di sekolah saya beberapa hari sebelumnya pada salah satu kelas tidak masuk secara bersamaan. Mereka kakak beradik. 

Sehari sebelumnya mereka juga pulang lebih awal. Alasannya, nenek kedua siswa itu meninggal dunia.

Pada hari yang sama, pagi-pagi sekali sejumlah ibu-ibu bergerombol berjalan di jalan depan sekolah. 

Kepala mereka menjunjung baskom. Sebagian lagi menenteng wadah serupa. 

Dapat dipastikan isi wadah itu beras atau gula yang dibawa menuju rumah duka. 

Lokasinya tidak jauh dari sekolah. Apa yang dilakukan warga itu merupakan wujud bela sungkawa atas musibah meninggalnya nenek dua siswa tersebut.

Harga beras yang tengah mencapai harga dengan titik tertinggi tahun ini tidak membuat warga melewatkan kesempatan mengambil bagian untuk meringankan kesusahan sesamanya. 

Beras mahal tetapi rasa empati tidak boleh padam.

Melayat merupakan tradisi masyarakat yang dapat kita temukan di mana-mana. 

Tradisi ini termasuk berlaku umum pada semua kelompok masyarakat. Tidak saja di Nusantara melainkan juga di seluruh kelompok masyarakat di berbagai belahan bumi dengan pola yang berbeda-beda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline