Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Mengais Ketentraman di Antara Batu Nisan

Diperbarui: 19 Mei 2023   21:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kondisi makam ibu. Sumber dokumen pribadi

Sudah beberapa Jum'at saya tidak berziarah ke makam ibu yang telah mendahului kami tahun 2021 lalu. Biasanya saya ziarah mengikuti kebiasaan sejumlah warga kampung yang dilakukan setiap Jumat pagi setelah shalat subuh.

Ada sesuatu yang mendorong saya ingin berkunjung ke pembaringan terakhir ibu sejak pagi.

Usai shalat Jumat saya pulang untuk makan dulu kemudian pergi ke kuburan sendirian. Dengan mengendarai motor saya menembus terik matahari yang cukup menyengat. Menuju pemakaman sebenarnya bisa jalan kaki tetapi karena panas matahari saya memilih menggunakan motor.

Memasuki gerbang pemakaman, saya melangkah menuju pusara ibu. Di sekitar itu ada juga makam kakek, nenek, adik, dan keluarga lainnya. Saya memilih duduk bersimpuh pada sebuah batu pipih di salah satu sisi pusara. 

Tempat itu bernama Pekuburan Umum Semango, Kecamatan Terara, Lombok Timur. Pekuburan ini tergolong luas, sekitar 2 hektar. Saya tidak tahu sejak kapan pekuburan itu dibuka. Sejak masih kecil pekuburan itu telah ada dan menjadi tempat pemakaman warga yang meninggal dunia dari 2 sampai 3 desa.

Setelah mengambil tempat duduk saya membuka aplikasi Al-Qur'an dalam smartphone. Saya mulai komat-kamit sendiri membaca surah Yasin. Selanjutnya itu saya teruskan dengan membaca tiga surah terakhir dalam Al-Qur'an. Lalu surah Al-Fatihah serta beberapa ayat di awal Al-Baqarah. Ritual ziarah itu saya tutup dengan doa-doa untuk ibu dan keluarga yang telah meninggal. 

Pada dasarnya doa-doa yang dipanjatkan juga termasuk untuk memohon keselamatan diri, keluarga yang masih hidup, dan ketentraman maupun kesejahteraan bersama. Tanaman lidah mertua di atas pusara ibu seakan ikut irama doa yang saya panjatkan.

Dalam doa itu saya mengenang ibu dengan segala kebaikannya. Kesabaran ibu membesarkan 6 anaknya. Kesetiaan ibu mendampingi ayah selama kurang lebih setengah abad. Keramahan ibu kepada tetangga dan warga kampung. Masih jelas pula wajah tangguh ibu bertahan dalam rasa sakit yang berkepanjangan. Saya juga terkenang kebiasaan ibu berbagi makanan dan minuman ringan untuk anak-anak yang Yasinan setiap malam Jumat.

Sumber gambar dokpri 

Berada di antara batu nisan suasana terasa berbeda. Ada kedamaian membalut perasaan. Musim hujan yang telah berlalu membuat rerumputan tidak lagi tumbuh. Tanah mulai gersang. Namun rindang pepohonan menciptakan keteduhan. Angin berhembus memahat kenyamanan di sekitarnya. Suasana pekuburan membuat saya merasa sedang berada dalam sebuah atmosfer yang menawarkan ketentraman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline