Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Selamat Hari Pendidikan Nasional (Napak Tilas Singkat Sejarah)

Diperbarui: 3 Mei 2023   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar https://www.twibbonize.com/03hardiknas2023?step=3

Hari Selasa, 02 Mei 2023, merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur Idul Fitri 1444 H. Ada semangat dan kegembiraan baru saat memasuki gerbang sekolah. Ada kerinduan para guru pada keriangan anak-anak. Ada keinginan kuat untuk melihat tingkah lucu dan polah menggemaskan bocah-bocah tanpa dosa.

Hari pertama masuk sekolah, kondisi halaman sekolah semrawut. Sampah organik berserakan di sana sini. Selama liburan dedaunan kering dan ranting pohon mangga luruh diterpa angin atau gugur sendiri karena kering. Kondisi itu membuat anak-anak dan guru bahu membahu membersihkan lingkungan sekolah.

Hari pertama masuk sekolah bertepatan dengan salah satu hari bersejarah nasional, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Ritual peringatan Hardiknas umumnya dilakukan dengan upacara bendera. Ini menjadi semacam ritual wajib di sekolah.

Peringatan Hardiknas bertujuan, salah satunya, untuk melakukan napak tilas dan merenungkan kembali sejarah perjuangan bangsa melalui jalur pendidikan. 

Sejarah itu tidak lepas dari sepak terjang seorang tokoh satu-satunya yang diberikan legitimasi memiliki peran sentral dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Dia adalah Ki Hajar Dewantara. 

Tokoh yang terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat itu konon memiliki cita-cita menjadi dokter. Itu sebabnya tokoh yang berasal dari keluarga ningrat Keraton Yogyakarta itu masuk sekolah dokter, STOVIA. Karena kecerdasannya Suwardi mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Kolonial Belanda. Sayang, karena sakit-sakitan Suwardi tidak dapat menyelesaikan sekolah sehingga tidak naik kelas dan dikeluarkan dari sekolah.

Sebenarnya ada alasan lain yang lebih mendasar mengapa Suwardi keluar dari STOVIA. Suparto (2012) dalam bukunya berjudul Biografi Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa Suwardi dikeluarkan dari STOVIA karena mendeklamasikan sebuah puisi tentang semangat perjuangan Ali Basah Sentot Prawirodirjo dalam sebuah acara. Aksi Suwardi dianggap membuat agitasi pemberontakan terhadap pemerintah Belanda. Beasiswa Suwardipun dicabut dan dia sendiri dikeluarkan dari STOVIA.

Soerwardi dibesarkan dalam fase sejarah kehidupan sosial politik yang bernuansa tekanan kolonial. Kondisi ini membuat jiwa Suwardi bergolak menentang ketidakadilan dan penindasan.

Keluar dari STOVIA, Suwardi bekerja sebagai jurnalis pada beberapa surat kabar. Melalui tulisan dia berjuang melawan kekuatan tirani kolonial dengan melakukan pencerahan kepada masyarakat. Suwardi menuangkan ide kebebasan dan kemerdekaan melalui tulisan. 

Di samping sebagai jurnalis Suwardi juga aktif dalam kegiatan sosial, politik, dan kebudayaan. Suwardi pula yang mencetuskan ide Kebudayaan Nasional sebagai sari-sari dari kebudayaan daerah yang tersebar di Nusantara kala itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline