Sebuah video pendek di aplikasi tiktok yang diunggah akun mediasawah7 menayangkan dua orang tengah membuang keranjang berisi tomat dari sebuah mobil terbuka. Pada sisi atas video itu tertera tulisan harga 500/kg. Tomat merah itu dengan pasrah melayang bersama keranjangnya menyusul tomat lain yang sudah menggunung.Β
Seorang tiktoker merespon dengan pertanyaan datar, "Kenapa tidak dibagikan kepada tetangga, Mas?"
"Ini juga milik tetangga," jawab mediasawah7.
Adik ipar saya minggu ini juga sedang memanen tomat. Harga jualnya lebih tinggi dua kali lipat dari keterangan harga dalam video tiktok di atas. 1000/kg. Rupanya tingginya produksi tomat membuat harganya anjlok.
Seorang petani lainnya di kampung saya membagikan tomatnya secara cuma-cuma kepada siapa saja yang melintas saat sedang panen.
"Harganya hanya 10 ribu per keranjang," katanya dengan raut wajah kecewa.
Begitulah memang harga jual hasil produksi pertanian, bisa mengalami fluktuasi. Saat produksi banjir harga menurun sampai bisa menyentuh titik nadir. Saat produksi menurun, harga akan menanjak tinggi.
Harga jualnya sangat tidak sebanding dengan biaya produksi. Biaya pengolahan tanah, bibit, sampai dapat dipanen membutuhkan biaya yang cukup besar. Saya tidak tahu persis berapa biaya produksinya.
Sekali lagi harga tomat memang tergantung hasil produksinya di suatu tempat dan waktu tertentu. Di tempat saya bisa saja sedang mengalami penurunan harga tetapi di tempat lain harganya bisa berlipat-lipat.
Tomat merupakan hasil pertanian yang tidak dapat disimpan dalam waktu lama. Jika hasil panen bertujuan untuk dijual tomat harus segera dibawa ke pasar sebelum mengalami pembusukan. Atau hubungi tengkulak. Kasihan petani tomat.