Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Embung Kandong, Cekungan Kecil Jantung Para Petani

Diperbarui: 10 November 2022   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Enam kali seminggu paling tidak saya hanya bepergian melintas di jalan yang sama dari rumah ke sekolah. (dokpri)

Apa yang bisa saya ceritakan di Kompasiana tentang kehidupan dan belahan bumi lain? Tidak ada. Setiap hari saya hanya menempuh perjalanan sejauh 2 km dari rumah ke sekolah. Setiap hari saya hanya melewati jalan aspal yang mulai koyak. Saya hanya bisa melintas jalanan yang tergerus limpahan air hujan sehingga yang tersisa hanya hamparan kerikil kecil.

Saban pagi saya berpapasan dengan keramahan warga kampung, melihat para petani bertebaran di hamparan persawahan. Sehari-hari saya berhadapan dengan wajah-wajah yang menjalani kehidupan kampung dengan tenang, atau kumpulan ibu-ibu pemburu kutu sembari berbagi cerita tentang beras yang mulai menipis, nasi yang gosong karena ditinggal mencuci, atau ikan laut yang ludes dimakan kucing tetangga.

Enam kali seminggu paling tidak saya hanya bepergian melintas di jalan yang sama dari rumah ke sekolah. Sepanjang sekitar 150 m menuju sekolah jalan itu juga sekaligus merupakan tanggul sebuah embung (cekungan tanah) yang dikenal dengan nama Embung Kandong.

Nama cekungan itu kemudian disematkan pada desa hasil pemekaran yang dikenal dengan Desa Embung Kandong, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Desa ini merupakan desa pemekaran dari Desa Rarang Selatan.

Lokasi Embung Kandong berdampingan dengan kantor desa dan lapangan desa di sebelah Utara, kampung Kembun di sebelah barat, jalan jurusan Rarang-Lombok Tengah di sebelah timur, dan kampung Wisa di sebelah selatan.

dokpri

Embung dalam bahasa Sasak berarti kolam raksasa, semacam cekungan penampung yang berfungsi untuk mensuplai dan mengatur aliran air hujan. Embung memiliki fungsi utama sebagai sumber pengairan tanah pertanian, untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, hingga estetika.

Embung Kandong dibangun pada era pemerintahan Soeharto, sekitar tahun 80-an. Saya ingat saat itu pembangunan menggunakan alat berat seperti buldozer. Pada zamannya alat berat merupakan peralatan yang asing dan menakjubkan. Kehadirannya menjadi semacam tontonan yang menarik.

Banyak warga sekitar dan warga luar desa datang hanya untuk menonton bagaimana alat-alat berat itu bekerja mengeruk tanah, menggali batu, dan memindahkannya dengan mudah dari satu titik ke titik lain. Anak-anak, remaja, dan orang tua datang berbondong-bondong seolah mendapatkan hiburan baru dan gratis.

dokpri

Irigasi Pertanian

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline