Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam ilmu linguistik, menulis secara sederhana kerap diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menuangkan ide secara tertulis dengan tujuan memberikan informasi kepada orang lain.
Menulis, pada banyak orang, acapkali dipersepsikan sebagai kegiatan yang sulit dan dipercaya sebagai keterampilan bawaan. Persepsi ini bisa jadi setara dengan persepsi banyak orang tentang sulitnya pelajaran matematika, kimia, atau fisika. Banyak orang bisa berbicara tanpa jeda tetapi kehilangan kata-kata saat diminta menulis. Pikiran dan jemarinya kaku ketika kegiatan berbicara diganti dengan menulis.
Keterampilan menulis, pada dasarnya, sama dengan keterampilan fisik seperti keterampilan sepak bola, tinju, parkour, atau olahraga lainnya. Ronaldo sang mega bintang lapangan hijau, Muhamad Ali sang Petinju sekaligus seniman tinju, atau David Belle atlet parkour papan atas dunia yang pernah membintangi film District 13, merupakan tokoh-tokoh yang secara disiplin dan konsisten berlatih dan belajar sehingga mengantarkan diri mereka ke puncak karier.
Keterampilan menulis tidak hadir begitu saja pada penulis-penulis besar seperti, Ahmad Tohari "Ronggeng Dukuh Paruk", Mochtar Lubis dengan "Jalan Tak Ada Ujung:, AA Navis melalui cerpennya "Robohnya Surau Kami", Sutan Sati dengan maha karyanya "Sengsara Membawa Nikmat" atau Hamka dengan "Di bawah Lindungan Ka'bah". Penulis-penulis legendaris itu menjadi besar karena terus berlatih dan belajar sampai berhasil membuat karya monumental yang selalu menjadi bacaan dari masa ke masa. Mereka tidak lahir dengan kemampuan menulis tanpa melalui proses belajar dan mencoba
Dalam kurikulum merdeka ada 6 kemampuan literasi dasar yang menjadi tuntutan kompetensi. Literasi dasar tersebut adalah Literasi Baca Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Sains, Literasi Digital, Literasi Finansial, dan Literasi Budaya dan Kewargaan.
Tuntutan literasi baca tulis menempati urutan pertama berdasarkan urutan tersebut. Tuntutan ini, mau tidak mau, menjadi keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Tuntutan kurikulum terhadap pengembangan literasi di sekolah mengharuskan bahwa guru memiliki keterampilan menulis dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin pembelajaran di kelas. Argumen yang dapat dibangun adalah bagaimana mungkin keterampilan literasi menulis dapat diwujudkan apabila guru tidak memiliki keterampilan menulis.
Tuntutan kurikulum tersebut rupanya menjadi interest sejumlah guru di Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk mendorong peningkatan keterampilan literasi, khususnya menulis, di kalangan guru. Mereka tergabung dalam komunitas Perkumpulan Penulis Motivator Nasional. Komunitas ini menggagas sebuah kegiatan pelatihan untuk guru di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berorientasi kepada peningkatan kemampuan menulis. Komunitas ini sadar bahwa keterampilan menulis harus dilatih dan dikembangkan.
Gagasan tersebut tentu sebuah langkah positif dalam rangka membangun budaya literasi secara umum. Membangun literasi menulis berarti membangun literasi membaca. Seseorang harus memperbanyak literatur atau sumber bacaan untuk dapat menulis. Seseorang yang berkeinginan menjadi penulis itu harus membekali diri dengan banyak membaca. Artinya membangun kebiasaan menulis dengan sendirinya diikuti dengan kebiasaan membaca.
Menurut panitia, dalam rapat yang diselenggarakan secara maya, 08/02/2022, kegiatan tersebut akan berlangsung dalam waktu dekat pada bulan Agustus tahun 2022. Kegiatan workshop akan dipusatkan di Kabupaten Lombok Timur, NTB.Β
Rupanya gagasan workshop tersebut mendapat dukungan yang cukup signifikan dari Pemerintah Daerah Lombok Timur. Pemda sanggup menyediakan fasilitas tempat kegiatan dan dana stimulan untuk biaya operasional kegiatan.
Workshop direncanakan akan melibatkan 150-200 orang peserta. Peserta utamanya adalah guru dari seluruh kabupaten/kota di NTB. Penyelenggaraan kegiatan yang menggunakan moda kombinasi luring dan daring itu akan dilakukan selama 3-4 hari.Β