Lihat ke Halaman Asli

π”œπ”žπ”ͺ𝔦𝔫 𝔐𝔬π”₯π”žπ”ͺπ”žπ”‘

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Sang Pemanjat (Tanpa Koma) Sang Penggali dan Sang Penebang

Diperbarui: 27 April 2022 Β  01:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Berhari-hari saya baru milihat batang hidungnya. Ada gosip yang menyebar bahwa kalau mau ketemu pria ini biasanya dengan menebarkan garam keliling kampung tujuh kali tanpa napas.

Nama yang tertera pada eKTP-nya Hasanudin. Warga seantero wilayah setempat menyapanya "Asan". Generasi sebayanya dan/atau yang lebih tua darinya menyebutnya Locong atau Ocong. Nama Locong biasanya disematkan kepada seseorang yang memiliki kepala oval mirip telur. Beberapa keluarga dekatnya kalau sedang kesal atau ingin berseloroh memanggilnya Beloq.

Asan pada dasarnya tidak pernah protes kalau orang menyapanya dengan sebutan selain nama KTP-nya. Hanya saja, istrinya, si Imin, kurang suka suaminya dipanggil jika tidak sesuai dengan kartu identits atau penggalan nama resminya. Maka atas alasan kemanusiaan saya sesekali menyapanya dengan menambahkan gelar eksklusif di depan namanya sehingga menjadi "Sultan Hasanudin".

Di lihat dari sedotan es kelapa muda maupun dilihat dengan kamera Oppo paling mutakhir, Asan akan tetap terlihat sebagai lelaki yang tidak tampan-tampan amat tetapi dia sudah menikah dua kali. Hubungannya dengan istri pertama hanya bertahan beberapa bulan. Pernikahannya tidak berumur panjang. Bahkan tidak sampai seumur jagung. Entah siapa yang memulai dan mengakhiri.

Sekarang Asan hidup bahagia dengan istri keduanya, Imin. Hingga tulisan ini diterbitkan benih cinta yang ditaburkan Asan ke dalam rahim Imin telah membuahkan hasil seorang anak yang dinamainya Nurhayati. Setelah kelahiran Nurhayati sapaan Asan bertambah menjadi Amaq Nur.

Asan punya keahlian ekstrem. Dia pemanjat pohon kelapa paling ulung di kampungnya. Itu dilakukannya tanpa pengaman. Rakyat pekerja lepas seperti Asan tidak pula punya asuransi jika terjadi sesuatu di luar dugaan. Dengan alat sederhana berupa "ilas", Asan mampu memanjat pohon kelapa dengan tinggi belasan meter. Ilas itu semacam tali yang dipasang pada ke dua kaki pemanjat untuk membantu menggepit pohon saat memanjat. Sudah ratusan pohon kelapa tunduk di kakinya yang legam. Hidupnya keras sekeras pekerjaannya.

Satu hal yang menjadi perdebatan warga bahwa Asan sering tidak bisa membedakan kelapa muda dan kelapa tua. Ada rumor yang berkembang bahwa beberapa pemilik pohon kelapa kadang-kadang diminta ikut naik untuk menunjukkan buah kelapa yang sudah bisa dipetik.Β 

Asan juga tukang gali. Bukan gali lubang tutup lubang melainkan tukang gali sumur. Pemanjat dan penggali itulah yang menjadi mata pencaharian utamanya. Asan sang Pemanjat dan sang Penggali.

Asan sehari-hari hidup bersahaja. Sebagai warga desa Asan hanya berharap desa tempatnya bernaung bisa lebih maju dari sebelumnya. Sayangnya, memasuki tahun ke dua pemerintahan kades saat ini tidak banyak yang telah diperbuat. Di antara yang yang tidak banyak itu salah satunya menebang pohon-pohon pelindung di sepanjang jalan desa. Atas "prestasi" ini warga menggelari kepala desanya "Sang Penebang Pohon."

Lombok Timur, 24/04/2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline