Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Ecobrick; Upaya Penanganan Sampah Plastik

Diperbarui: 22 Maret 2022   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ecobrick, sebuah metode pengelolaan limbah plastik dengan memadatkan limbah non-biological ke dalam botol plastik

Pagi itu cuaca cerah. Matahari membelai bumi dengan kehangatan paripurna. Udara tidak berhembus. Rindang pohon mangga di halaman sekolah diam mematung diri, persis barisan sejumlah orang yang tengah berjemur di bawah kehangatan mentari.

Gerbang sekolah sudah dibuka. Tampak siswa sudah ramai. Beberapa siswa berkerumun di lapak depan sekolah untuk mendapatkan sarapan. Sebagian siswa sering enggan makan pagi di rumah. Mereka lebih suka membeli sarapan. 

Dengan selembar alat tukar dua ribuan mereka sudah bisa menyantap nasi dengan menu seiris telur goreng, dan sejumput mie sambal. Ada juga koyakan daging ayam. Jika jemari anak-anak usia 10-12 tahun dibuka, permukaan empat jarinya akan tertutup oleh hamparan koyakan daging tersebut. Menu yang lumayan untuk harga selembar dua ribuan. Porsi itu sudah cukup bagi anak-anak untuk memeras pikiran, mengejar bola, atau main lompat tali.

Siswa lainnya terlihat bermain di halaman sekolah. Siswa yang mendapat tugas piket kebersihan terlihat membersihkan ruang kelas dan halaman sekolah.  Satu dua siswa yang terbiasa usil mencandai teman-temannya yang sedang membersihkan halaman sekolah.

Sejumlah siswa lainnya membawa botol plastik bekas air mineral ukuran satu liter. Anak-anak pembawa botol itu berulang kali menunduk dan memungut sesuatu lalu menjejalkannya ke dalam botol yang mereka bawa. Sesekali mereka terlihat berebut. Beberapa siswa lainnya berada di area pembuangan sampah samping sekolah. Mereka melakukan hal yang sama. Menjejali botol-botol mereka dengan sesuatu.

dokumentasi pribadi

Seminggu yang lalu sekolah mulai melakukan program penanganan sampah lebih serius melalui proyek ecobrick, sebuah metode pengelolaan limbah plastik dengan memadatkan limbah non-biological ke dalam botol plastik. Botol itu kemudian dirakit menjadi peralatan rumah tangga seperti kursi atau meja. Bahkan di beberapa tempat ecobrick dijadikan sebagai bahan bangunan. Proyek ini sudah banyak dilakukan di berbagai daerah. 

Untuk proyek ini, sebelumnya siswa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang gambaran proyek ecobrick. Selanjutnya mereka ditugaskan membawa botol plastik air mineral dengan kapasitas satu liter. Pada minggu pertama hanya satu dua orang siswa yang dapat memenuhi tugas itu. Mereka kesulitan mendapatkan botol plastik.

Botol plastik sudah jarang ditemukan di kampung sekitar. Kondisi ini disebabkan penduduk setempat jarang mengkonsumsi air kemasan botol. Mereka lebih banyak mengkonsumsi air sumur kecuali apabila masyarakat mengadakan kegiatan tertentu.  Itupun kemasan air dalam gelas plastik. Selain itu, masyarakat di lingkungan sekitar sekolah memiliki mata pencaharian sebagai pengepul barang bekas. Pengepul itu mengincar kardus, gelas dan botol plastik, besi tua, kertas tak terpakai, panci tak berfungsi, sampai ember pecah.

Kecuali barang-barang bekas di atas, kemasan plastik pembungkus kue atau jajanan pabrik maupun rumahan tidak populer di kalangan pengepul. Kemasan plastik itu dapat ditemukan di mana-mana dan menjadi sampah yang belum dapat ditangani secara maksimal di banyak tempat. 

Pemandangan ini juga mewarnai lingkungan sekolah. Setiap hari sampah plastik itu terlihat berserakan di berbagai sudut. Padahal setiap hari pula anak-anak diingatkan untuk membuang sampah itu pada tempat yang sudah disiapkan. Sangat sulit mengubah kebiasaan membuang sampah pada tempatnya tanpa diikuti oleh sebuah program yang menarik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline