"ketika melihat, aku akan berfikir"
Iya. Manusia telah berfikir dengan melihat apa yang ada di depannya. Kelihatan dari itu adalah kehidupan yang dijalani makhluk yang memiliki akal.
Lihat lah, apa yang kamu lihat?
Subjektif memang perkataan itu, namun ingatlah bahwa akal telah bekerja. Setiap manusia memikirkan itu dan melakukan apa yang dipikirkannya.
Melihat adalah bagian dari merasa, membaca, dan mendengarkan. Bukan kah itulah yang dapat dilakukan, semua adalah pada pilihan bahwa setiap yang dilihat, dirasa, di dengar merupakan pendidikan dalam arti yang luas.
Seperti yang pernah dikatakan orang tua, lihatlah bahwa kehidupan yang akan dijalani adalah kehidupan untuk manusia. Bukan lain dari kehidupan yang lain-lain, cukuplah hidup dalam kehidupan sebagai manusia.
Manusia adalah perbedaan yang bersatu menjadi persatuan, oh itu kah maksudnya?
Tolong berikan penjelasan yang lebih cukup, setidaknya dapat di ambil satu benang merah pemahaman. Baiklah, begini:
Manusia dalam kehidupan sebagai makhluk yang hidup sendiri-sendiri dengan kata lain yang dikenal dengan sebutan individualis, ialah suatu kehidupan yang dengan alam manusia hidup.
Tepatnya manusia hidup dengan berburuh dari satu tempat ke suatu tempat yang lain atau dengan kata lain, kehidupan di masa itu Bung Karno sebutkan dalam bukunya berjudul "Sarinah" sebagai awalnya kehidupan, yang mana laki-laki bertanggung jawab pada hidupnya sendiri, perempuan juga bertanggung jawab atas nasib hidupnya sendiri. Tidak ada yang berperan sebagai penguasa yang menguasai orang lain, begitu juga sebaliknya.
Mula-mula manusia hidup atas tanggung jawab dirinya sendiri. Mencari makan sendiri, hidup di mana-mana, dan tidak nongkrong pastinya, sebab banyak pula dijelaskan bahwa kalau ada yang bertemu akan atau bisa jadi saling membunuh or berkelahi untuk merebutkan makanan atau rebut hewan yang diburuh.