Lihat ke Halaman Asli

Yang Tak Tersadarkan

Diperbarui: 30 Oktober 2019   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dalduksulbar.com

Matahari yang panas mamaksa manusia untuk berhenti sejenak dari perjalanan yang masih jauh.

Tetesan keringat akan menyaksikan apa pun itu, betul-betul bukti bahwa panasnya lebih panas dari keluhan yang ada dalam ruang-ruangan AC. Melupakan itu atau mengingat saat akan memasuki ruang yang sejuk, semua lain dari sekarang. Jalan yang masih panjang dengan keringat yang terus menetes dari wajah-wajah yang tidak lelah untuk berjuang kalah komitmen melampui dinding-dinding godaan yang menggiurkan.

Berjalanlah.....

Awalnya para pejalan itu adalah umumnya yang ada. Lama-lama manusia tidak kuat untuk melakukan perjalanan, sederhana itu kah perubahan yang sangat luar biasa dalam kehidupan?

Pertanyaan masih yang sama datang dari dinding-dinding yang tertuliskan "pohon-pohon tergantikan oleh kami". Oh sadarlah bahwa dulu ada pohon di situ, sekalipun menyadari itu biarlah diingat sebagai suatu ketidakmampuan untuk melakukan perbaikan yang berarti. Betul panas sekali rasanya itu, dari aspal yang berasap itu.

Benih-benih akan tumbuh di musim hujan, kesejukan dari pohon-pohon mulai lagi dirindukan. Semua itu adalah penyesalan yang harus segera dilakukan. Lakukanlah lakukanlah lakukanlah penghijauan untuk membesarkan benih-benih itu. Seorang bocah sangat riang gembira dengan memegang dua benih pohon ditangannya, mungkin yang ingin ia lakukan manfaatnya akan melampui apa yang dilakukan umuran di atasnya. Atau kah hanya sebuah permainan nya di masa umuran sebayanya?

Bocah nangis ingin ke wisata...

Ayolah ke ladang dan sawah-sawah itu. Pesannya pada bocah itu adalah nasi yang ia makan adalah kerja keras petani itu. Seorang kakek melewati bocah dengan topi dan cangkul di pundaknya, bersenyum dan menyapa keheranan bocah seumur itu ingin lihat sawah, apakah kurang asik itu kalau bermain dirumah, ah mungkin yang diinginkan adalah bertemu dengan belalang raksasa yang tempo hari ia lihat di tempat yang sama.

Sawah-sawah yang ada.....

Padi, sayuran, buah-buahan menjadi hasil panen saat musimnya.

Tanah tetap seperti biasa tanpa penyakit tanah, tanpa kuman tumbuhan. Terbayangkan orang dahulu menanam apakah ada penyakit, kalau begitu ada apa obatnya, bagaimana nenek-nenek dahulu menumbuhkan kebutuhan hidup. Apakah ilmunya masih ada?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline