Persitiwa kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hal yang sangat penting dalam Sejarah bangsa kita. Peristiwa inilah yang menandakan bahwa bangsa Indonesia sudah tidak terikat dengan penjajahan bangsa lain. Peristiwa ini yang tidak akan terlupakan oleh bangsa Indonesia. Namun, apakah kalian tahu peristiwa apa saja yang menyebabkan kemerdekaan Indonesia? maka dari itu simak bacaan berikut.
Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peran Sekutu yang merupakan musuh bagi Jepang. Konflik Jepang dengan sekutu sudah terjadi dari tahun 1937 dan sebenarnya Jepang mulai mengalami kekalahan sejak bulan Agustus 1942. Namun, mereka tetap berjuang dan mampu bertahan serta mempropagandakan kemenangannya walau berbeda jauh dengan kenyataanya. Jepang yang awalnya menerapkan strategi ofensif (menyerang) beralih pada strategi defensive (bertahan). Terlebih lagi Blok Poros Axis yang beranggotakan Jerman, Italia, dan Jepang mengalami kekalahan dalam Perdang Dunia II. Kekuatan Sekutu di Asia semakin mendesak Jepang.
Pada bulan Juli 1945, Australia menyerang Balikpapan yang merupakan wilayah penting bagi Jepang. Jepang akhirnya kalah pada 21 Juli 1945. Pada bulan September 1944 hingga Mei 1945 terdapat pertempuran antara Jepang dan Sekutu. Pertempuran ini merupakan salah satu perang terberat bagi Sekutu dan Jepang di Asia. Pertempuran ini sangat memengaruhi Jepang yang saat itu dalam kedudukan yang lemah.
Kekalahan demi kekalahan terus diderita Jepang. Oleh karena itu Jepang mengizinkan bangsa Indonesia untuk mengibarkan bendera Indonesia di samping bendera Jepang. Hal ini dilakukan Jepang untuk mendapatkan bantuan dan kepercayaan Indonesia.
Perang Dunia II telah berakhir di front Eropa sejak 7 Mei 1945. Namun, Jepang tidak menyerah dan terus bertempur di Asia. Sebagai pukulan terakhir kepada Jepang, Amerika menjatuhkan dua bom atom di kota Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945). Inilah yang menjadi titik Kemerdekaan Indonesia.
Setelah Insiden tersebut, Jepang membentuk PPKI yang dipimpin oleh Soekarno tepat setelah dibubarkannya BPUPKI. Pada 9 Agustus 1945, Sukarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat berangkat menuju Dalat (Vietnam) untuk menagih janji. Mereka bertemu dengan Jendral Terauchi pada tanggal 12 Agustus 1945. Ia mengatakan bahwa tak lama lagi Jepang pasti akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Kemudian mereka kembali ke Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1945.
Setelah itu, Jepang menyerah tanpa syarat, inilah yang nantinya akan mempelopori peristiwa Rengasdengklok. Kelompok pemuda yang ada di Jakarta kemudia bergerak dan menginginkan proklamasi kemerdekaan dikumandangkan secepatnya sedangkan Kelompok tua menjelaskan bahwa dengan menyerahnya Jepang kita harus hati-hati. Kelompok pemuda terus meminta kepada Soekarno dan Hatta untuk tidak menunggu hasil rapat PPKI ayng disetujui tanggal 16 Agustus 1945 namun selalu gagal. Para pemuda mengadakan rapat dan bersepakat untuk mengasingkan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Sementara itu, terjadi kesepakatan antara Ahmad Subrjo, wakil dari golong tua dan Wikana, wakil dari golongan muda, agar proklamasi harus terjadi di Jakarta. Berdasarkan kesepakatan itu, Ahmad Subarjo ditemani Yusuf Kunto berangkat menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta. Ahmad Subarjo berhasil meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan adanya jaminan dari Ahmad Subarjo, Akhirnya Soekarno dan Hatta dilepaskan dan kembali ke Jakarta.
Perumusan naskah proklamasi kemerdekaan dilakukan di rumah Laksamana Maeda. Laksmana Maeda adalah seorang berkewarganegaraan Jepang yang menjabat sebagai Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang. Ia mengizinkan rumahnya digunakan sebagai tempat pertemuan. Dalam peristiwa itu, Laksamana Maeda undur diri ke kamarnya dan tidak ikut campur dalam perumusan naskah proklamasi. Soekarno dan Hatta menyampaikan rencana proklamasinya kepada Mayor Jendral Nishimura namun ia tidak memperdulikannya. Jepang saat itu sedang dalam status quo sehingga tidak dapat merealisasikan janji kemerdekannya. Pada akhirnya proklamasi haru tetap dilaksanakan, terlepas ada atau tidak adanya dukungan dari Jepang.
Setelah naskah awal tersebut berhasil disusun, Sukarno membacakan hasilnya kepada semua yang hadir. sebagian besar setuju, namun golongan muda menganggap tek tersebut masih kurang tegas. setelah dilakukan musyawarah dan mempertimbangkan berbagai hal, maka usualn golongan muda tersebut tidak jadi digunakan. Hatta menyarankan agar semuanya menandatangani naskah tersebut. namun atas usulan golongan muda, naskah itu ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta sebagai wakil dari bangsa Indonesia.