Di usia belia, baru belajar berkata,
Anak-anak disuruh menghitung angka.
"Ini satu, itu dua, ayo cepat hafalkan,
Kalau salah, nanti nilai takkan aman."
Mainan diganti dengan buku tebal,
Warna-warni hilang, angka jadi bekal.
Guratan senyum tergantikan raut bingung,
Apa mereka paham, atau hanya ikut lingkung?
Dua tambah dua, katanya empat,
Tapi mengapa senyum mereka tak lagi lekat?
Dimana tawa? Dimana riang?
Matematika, mengapa kau jadi momok yang menyerang?
Lembar kerja penuh soal tanpa makna,
Menghitung domba, tapi tak diajarkan cinta.
Mengerti konsep? Ah, itu urusan nanti,
Yang penting hafal, nilai tak bikin mati.
Di mana bermain? Di mana cerita?
Belajar jadi beban, bukan petualangan cinta.
Mereka kecil, namun dibebani harapan besar,
Padahal dunia mereka baru mulai mekar.
Mari kita tanya, mari kita dengar,
Apa yang mereka rasa di balik angka yang sukar?
Matematika bukan hanya soal angka dan garis,
Tapi logika, kreativitas, dan hati yang manis.
Jangan paksakan rumus tanpa arti,
Ajarkan dengan cerita, biar mereka mengerti.
Biar angka jadi teman, bukan musuh yang menakutkan,
Anak-anak ini berhak belajar tanpa tekanan.
Mari ubah cara, mari kita refleksi,
Belajar matematika tak perlu jadi friksi.
Anak usia dini, biarkan mereka bermimpi,
Angka akan datang, saat mereka siap mengerti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H