Bayangkan sebuah kelas di mana murid-murid bukan hanya duduk diam mendengarkan ceramah guru, tapi aktif berdiskusi, memilih topik belajar, dan bahkan merancang proyek mereka sendiri. Di kelas ini, murid didorong untuk berani berpendapat, saling menghargai, dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka. Inilah gambaran pembelajaran demokrasi yang selaras dengan semangat Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi murid untuk belajar dengan lebih mandiri dan kreatif. Hal ini membuka peluang untuk penerapan nilai-nilai demokrasi dalam proses pembelajaran. Tapi, bagaimana caranya?
1. Suara Murid Diperhatikan
Demokrasi di sekolah dimulai dengan mendengarkan suara murid. Guru dapat mengadakan diskusi kelas, survei, atau kotak saran untuk mengetahui pendapat murid tentang berbagai hal, seperti pemilihan materi belajar, metode pembelajaran, dan proyek kelas.
1. Mendengarkan suara murid
merupakan langkah awal yang krusial dalam membangun budaya demokrasi di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:
a. Diskusi Kelas
Guru dapat mengadakan diskusi kelas dengan topik yang relevan dengan pembelajaran, seperti pemilihan materi belajar, metode pembelajaran, atau proyek kelas. Dalam diskusi ini, murid didorong untuk:
- Mengemukakan pendapat mereka dengan bebas
- Mendengarkan pendapat orang lain dengan seksama
- Menghargai perbedaan pendapat
- Mencari solusi bersama
b. Survei
Survei dapat menjadi cara yang efektif untuk mengumpulkan pendapat murid tentang berbagai hal di sekolah. Guru dapat membuat survei online atau offline dengan pertanyaan yang berkaitan dengan:
- Kepuasan murid terhadap pembelajaran
- Ketersediaan fasilitas belajar
- Peraturan sekolah
- Kegiatan ekstrakurikuler