Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Gozali

Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Transformasi Pendidikan di Indonesia

Diperbarui: 13 Januari 2024   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar: kreasi AI-ku

Menerapkan Model Berbasis Multiple Intelegensi

Pendidikan di Indonesia mengalami transformasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu pendekatan yang semakin mendapat perhatian adalah pendidikan berbasis Multiple Intelegensi. Model ini diusung oleh Howard Gardner, seorang psikolog kognitif terkenal, yang berpendapat bahwa setiap individu memiliki lebih dari satu jenis kecerdasan. Sayangnya, masih banyak orangtua yang merasa tidak puas dengan capaian akademis anak-anak mereka, terutama jika nilai pada rapor menunjukkan penurunan. Artikel ini akan membahas mengapa pendekatan berbasis multiple intelegensi dapat menjadi solusi yang relevan di Indonesia.

1. Memahami Konsep Multiple Intelegensi:
   

Pendekatan ini meyakini bahwa kecerdasan tidak hanya dapat diukur dari segi akademis atau kecerdasan verbal-matematis. Ada berbagai jenis kecerdasan, termasuk kecerdasan interpersonal, intrapersonal, visual-spatial, musikal, kinestetik, linguistik, logika-matematis, dan naturalistik. Dengan memahami keberagaman ini, guru dapat merancang pengajaran yang lebih inklusif, mencakup berbagai gaya belajar dan potensi setiap siswa.

2. Menanggapi Kekuatan Unik Setiap Siswa:

Pendidikan berbasis multiple intelegensi memungkinkan guru untuk lebih memahami kekuatan unik setiap siswa. Banyak siswa memiliki kecerdasan di luar ranah akademis, seperti dalam seni, olahraga, atau interaksi sosial. Dengan menggali kekuatan ini, pendekatan ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi siswa.

3. Mengatasi Tekanan pada Prestasi Akademis:

Tekanan pada prestasi akademis seringkali menjadi sumber kekhawatiran bagi orangtua. Pendidikan berbasis multiple intelegensi menawarkan alternatif yang lebih luas dalam mengevaluasi keberhasilan siswa. Guru dapat memberikan apresiasi pada prestasi di bidang-bidang selain akademis, seperti keterampilan sosial, seni, atau kepemimpinan.

4. Pengembangan Kurikulum yang Inklusif:

Pendidikan berbasis multiple intelegensi memerlukan pengembangan kurikulum yang lebih inklusif dan beragam. Guru perlu mengintegrasikan berbagai aktivitas dan proyek ke dalam pengajaran mereka, memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline