Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Gozali

Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Di Bawah Cahaya Merkuri: Semarang Ngangenin

Diperbarui: 20 September 2023   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: bangsaremukan.blogspot.com

Maaf kalau malam ini perasaan agak melo, masih terbawa oleh perasaan, barangkali keluar jalurnya mohon maaf, tapi saya yakin kompasiana memang oke, menyediakan ruang kreatif selebar-lebarnya buat pemula seperti aku,  sebagai sarana mengasah skill menulis. Baiklah barangkali berkenan baca monggo...

Sirine berdering merdu, menghentak hati dengan getaran yang sama seperti ketika pandangan pertama mereka bertemu. Lampu merah memancarkan sinar merah yang lembut, menciptakan latar belakang romantis bagi perjumpaan tak terduga ini.

Sore itu, langit mulai merayu matahari untuk bersembunyi di balik cakrawala. Cahaya orange perlahan menghilang, menggantikan kepergian sang mentari dengan malam yang datang begitu perlahan. Malam itu terasa seperti malam pertama dalam kisah cinta mereka.

Adzan Maghrib memecah keheningan, memanggil mereka yang tengah mencari ketenangan dalam doa dan ridho Allah. Di antara kerumunan pengguna jalan, terdapat seorang muslimah yang cantik. Wajahnya mencerminkan keragu-raguan, berdiri di halte sambil menunggu bus Trans Jateng.

Waktu terasa berlalu begitu cepat, dan Maghrib pun berlalu dengan lembut, menggantikannya adalah malam yang penuh dengan misteri dan harapan. Kota Semarang berubah menjadi cahaya gemerlap merkuri yang memukau, seindah senyum Naila sang gadis muslimah yang saat itu masih menunggu bus.

Dari balik kafe di dekat halte, sepasang mata tak henti-hentinya memperhatikan Naila yang bergerak ke sana kemari, terlihat bingung karena larut malam di jalan. Hati sang pemuda berdebar-debar, dan akhirnya dia memutuskan untuk mendekati Naila, bukan untuk merayu, tapi untuk menawarkan pertolongan.

Naila merasa curiga, tetapi perasaan waspada itu bukan karena perbedaan keyakinan mereka. Itu adalah tanda dari kehati-hatian Naila terhadap orang asing yang baru dikenalnya. Malam semakin dalam, namun sang pemuda tidak menyerah. Sikapnya begitu penuh hormat dan penghargaan terhadap Naila.

Mobil pajero melintas, memecah keheningan malam di Semarang Bawen. Dengan lembut, sang pemuda berhasil membujuk Naila untuk menerima tawarannya, meskipun dengan syarat-syarat tertentu. Perjalanan mereka menuju tujuan pun dimulai.

Sepanjang perjalanan, mereka bercengkrama dengan penuh kegembiraan. Suasana akrab mulai tercipta di antara mereka, seperti selembar kertas kosong yang siap dicatatkan kisah cinta mereka berdua. Tak terasa, mereka tiba di rumah Naila.

Naila mengundang sang pemuda untuk singgah sebentar, tetapi dengan lembut, sang pemuda menolak dan melanjutkan perjalanan pulang ke Semarang. Di dalam kamar Naila, perasaan yang tak bisa dilupakan terpendam dalam hatinya, terkunci oleh perbedaan keyakinan dan agama. Namun, di balik semua itu, ada perasaan simpatik yang tumbuh di hati Naila. Mungkinkah takdir akan mengarahkan mereka untuk bertemu lagi? Hanya Allah yang tahu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline