Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Gozali

Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Kisah Cinta yang Penuh Rindu

Diperbarui: 20 September 2023   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Youtube 3 Lengkrang

Assalamu alaikum, teman-teman! Biasanya Aku bahas tentang pendidikan, hari ini ada yang lain, masuk bulan Robiul Awal kembali hati ini bergetar mengingat Kekasih yang belum jelas apakah aku dianggap kekasinya atau tidak, di sini Aku akan bercerita tentang sebuah kisah cinta yang penuh rindu, namun juga menghadapi tantangan yang tak terduga. Cerita ini mengajarkan bahwa harapan kita kadang tak sejalan dengan kenyataan yang ada di hadapan kita.

Ketika aku memulai perjalanan ini, aku berpikir bahwa dekat dengan kekasih hati membuat segalanya menjadi indah. Aku berpikir bahwa cinta dapat mengatasi segala hal dan membuat hidup terasa sempurna. Namun, aku segera memahami bahwa kedekatan fisik tak selalu mencerminkan kedekatan emosional.

Pertemuan itu memunculkan intensitas yang tak terduga. Namun, aku menyadari bahwa intensitas itu seringkali membuatku angkuh dan mengubah rasa menjadi perasaan berlebihan. Aku terlalu terfokus pada kedekatan ini hingga akhirnya melupakan etika kesopanan terhadap orang-orang yang berada jauh dariku.

Namun, sang kekasih hatiku tak pernah menganggap masalah sebagai sesuatu yang besar. Baginya, segalanya sederhana dan mengalir dengan sendirinya. Dia mengajarkan padaku bahwa hidup tidak perlu rumit, dan tak ada yang terlalu serius untuk dikhawatirkan.

Apa dekatnya dengan kekasih hati memberikan jaminan masuk Surga? Aku terheran-heran dengan tingkah lakunya yang aneh dan tak dapat kumengerti sepenuhnya. Segala sesuatu tentangnya terasa begitu misterius dan sulit kutafsirkan. Namun, kedekatannya membuatku buta dan tak mampu mendengar apapun yang berbeda darinya.

Akal sehatku pun mulai terganggu. Aku merasa mabuk dan bahkan sulit mengunyah pikiran yang ada. Ada beberapa hal yang seharusnya kusaring, namun aku tak sanggup mengambil tindakan. Aku takut terkena kutukan dari sang kekasih hati.

Kepatuhanku terhadapnya membuatku terjebak. Aku kehilangan kemampuan untuk mempertanyakan dan memberikan kritik. Pikiran sehatku lenyap dan tergantikan dengan racun yang siap mencekikku. "Merasa" berhubungan langsung dengan "fatamorgana."

Ada namun tak ada...

Kedekatan tak hanya sebatas jarak yang dekat. Aku menyadari bahwa dekat itu bukanlah modal yang cukup. Meskipun ada manfaat syafaat di sana, namun jika syarat-syaratnya tak terpenuhi, dekat hanya menjadi jarak yang tak memiliki nilai.

Di tempat yang jauh di sana, ada seseorang yang memperhatikan dengan penuh kerinduan. Kekasih hati yang selalu kurindukan, yang kucurahkan setiap detik dalam detak jantungku. Namun, rasa bersalah dan kekhawatiran akan dosa yang menghantuiku membuatku tak mampu mendekatinya bahkan hanya untuk sekadar menatapnya.

Lidahku terasa kelu dan tak mampu mengungkapkan perasaan cintaku. Tubuhku gemetar dan keringat dingin mengalir. Hatiku begitu berdebar hingga tak bisa menyanyikan lagu dengan kata-kata atau merangkai bait puisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline