Dalam perjalanan kehidupan ini, kita sering kali menyaksikan cerminan kecerdasan dari orang tua yang tercermin pada anak-anak mereka.
Namun, pertanyaan yang kerap muncul adalah, apakah kecerdasan ibu dan ayah benar-benar bisa menurun pada anak? Dan apa sajakah faktor-faktor yang bermain di balik orkestrasi kompleks ini?
Tak bisa disangkal, kecerdasan adalah harta yang tak ternilai. Menurut definisi umum yang dikutip dari laman Medline Plus, National Library of Medicine di Amerika Serikat, kecerdasan merujuk pada kemampuan untuk belajar dari pengalaman dan beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah.
Namun, kecerdasan bukanlah entitas tunggal; ia merupakan mosaik dari kemampuan seperti bernalar, perencanaan, pemecahan masalah, pemikiran abstrak, dan pemahaman terhadap ide-ide kompleks.
Salah satu cara untuk mengukur kecerdasan adalah melalui intelligence quotient atau IQ.
Nilai IQ telah menjadi tolok ukur yang lazim digunakan oleh para peneliti untuk mengukur spektrum kecerdasan seseorang. Namun, pertanyaannya adalah, sejauh mana peran genetik dalam merajut benang-benang kecerdasan ini?
Seiring berjalannya waktu, riset dalam bidang genetika semakin mengungkap kerumitan warisan kecerdasan.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science, faktor genetik memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan kecerdasan seseorang.
Ini bukan berarti bahwa gen-genlah yang memegang kendali penuh. Lingkungan juga memberikan lapisan penting dalam perjalanan mengasah potensi kecerdasan.
Kita sering kali mendengar pepatah "buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya". Ini mungkin menggambarkan bahwa faktor genetik memainkan peran dalam menentukan titik awal potensi kecerdasan seorang anak.